"Udah Nay, kamu pulang aja, Nay, aku sudah baikan di sini." Fira kembali membujuk agar Nay segera meninggalkan kamarnya.
Tapi Nay tetap tidak bisa bergeming. Nay sepertinya tuli.
"Gila, kamu Nay, kamu harus pulang sekarang ! dan tidak ada gunanya menunggu aku di sini." Fira mulai menarik kucir rambut panjang Nayla.
Aduh ! Nay menoleh ke belakang, tapi dia tidak melihat siapa-siapa kecuali Fira yang tergolek lemah dengan selang infus di lengannya dan tabung oksigen yang selalu setia di sampingnya.
Fira menarik nafas panjang. Dia kembali mendekati pembaringan Fira setelah menyimpan buku pelajarannya di tasnya.
Ibu Fira pun melakukan ekspresi agar Nayla segera pulang. "Nak, di luar sudah sore dan mungkin akan turun hujan."
"Jadi, ibu tidak mengizinkan saya menginap di sini,"
Ibu Fira tersenyum. "Wajahmu pucat, Nay, kamu kurang istirahat , pasti capek sekali kegiatan di sekolah. Ibu harap kamu tidak usah ke sini setiap hari. Fira sudah cukup kuat. Lihat saja, tidurnya sangat damai." Ibu Fira menoleh ke arah Fira.
dan Ibu Fira memang tidak bohong. Fira nampak lebih tegar. Dan seperti tidak membutuhkan siapa-siapa lagi kecuali seorang sebaik ibunya. Sebenarnya kalau boleh jujur, Nayla lah yang sangat kehilangan Fira.
Yah, Nayla lah yang membutuhkan Fira di sampingnya. Sejak Fira sakit tidak ada yang membelanya di sekolah kalau dia diserang oleh teman-temamnya.
Baginya Fira adalah teman yang asik. Dia tidak pernah menyakiti hatinya. Dia juga tidak pernah meninggalkannya. Dan selalu mendukungnya.
Pernah Nayla bilang kepada Fira kalau dia tidak mungkin bisa bertahan kalau Fira meningalkannya. Di sekolah itu hanya fira yang mau berteman dengannya. Semua orang seperti menjauhinya. waktu itu ketika dia dipaksa mengerjakan tugas kelompok oleh grupnya, Fira ikut pusing mencarikan rumus dan juga alat praktikum dan juga dia juga semangat ngomel-ngomel. padahal Fira bukan kelompoknya tapi dia ikut membantu mengerjakan tugas itu.
"Asem, tuh, curang masak kamu yang harus mikirin tugas ini, dan mereka alasan saja, sedang sibuk, itu namanya tidak bertanggung jawab !" kesal Fira sambil terus mencatet jawaban soal kimia.
"Iya, tapi bagaimana lagi, dia itu ketua, dan juga semua mendukung dia, dan meminta aku mengerjakannya, salahnya aku yang tadi bilang mau aja ngerjain soal itu."
"kamu tuh , Nay, terlalu lemah, dan sayangnya mereka itu di posisi kuat !" kata Fira.
"tuh, kamu tahu itu, maka jangan salahkan aku," manyun Nayla sambil menyodorkan piring berisi roti buatan ibunya.
"Iya, tapi kalau kamu diam aja, kamu bakal tertindas terus !" ujar Fira dengan mulut mencucu sambil menyantap roti tempuk itu dan sedikit seret itu.
"Sudahlah, jangan bahas itu lagi, yang penting ada kau mau bantu aku itu sudah cukup buat aku," senyum Nayla.
"huuh, kau...kalau kayak gini terus , tugas aku sendiri bisa keteteran," canda Fira.
Nayla ketawa. Pokoknya selama ada Fira, meskipun dia dibully oleh teman sekelasnya dia tidak merasa sedih. Meskipun dia diinjak -injak dan disuruh-suruh seperti pesuruh oleh temannya yang usil, dia tetap bertahan selama ada Fira apapun ketidak adilan yang menimpanya dia bisa kuat, soalnya Fira mampu menghiburnya.
"Kamu itu kuat tanpa aku Nayla !" bisik Fira seperti tahu kegundahan hati Nayla. Fira tahu kenapa tiap hari Nayla menengoknya di rumah sakit dan berwajah sembab waktu datang ke kamarnya. Pasti Nayla baru saja ditekan oleh teman-teman kelasnya atau suasana di sekolahnya tidak lah menjadi tempat yang baik untuk dirinya berbahagia belajar.
"Pokoknya kalau kamu pergi Fir, aku harus pindah dari sekolah ini !" kata Nayla waktu itu ketika Fira mengatakan hendak mengikuti orangtuanya yang dipindahtugaskan.
"jangan ! pokoknya kamu harus tetap di sekolah ini, kamu pintar Nay, kamu tidak boleh keluar gara-gara aku pindah. tunjukkan kalau kamu kuat, sayang beasiswa lepas gitu aja kalau kamu berfikir tidak pakai logika," tandas Fira.
"Habis aku panik, waktu kamu mengatakan tiba-tiba akan pindah !!"
"Dont stupid temanku, pokoknya kamu apapun yang terjadi harus tetap di sekolah ini sampai lulus dengan nilai memuaskan dan ulah teman-teman kita yang menyebalkan itu gak bisa mempengaruhimu !"
akhirnya Fira pun mengangguk. dia pikir kepergian Fira ke solo adalah yang terbaik bagi dirinya.
Tapi kabar yang terjadi adalah Fira tidak jadi pindah ke solo karena dia harus dirawat di rumah sakit, karena kecelakaan naas sore itu.
Fira masih beruntung masih hidup tapi dia menjalani hari-harinya terbaring tak sadar di rumah sakit itu. Nayla mencoba kuat.
fira tersenyum pada Nayla.
nayla pamit keluar dari kamar rumah sakit tersebut dan benar saja hujan turun dengan deras. Tapi, Nayla harus segera pulang, apalagi adzan magarib bergema di kejauhan. Nayla mengendarai sepeda montornya dan memakai jas hujan.
dalam perjalanan, dia masih teringat Fira dan seperti tidak percaya dengan keadaan sahabatnya itu. Dia selalu mendoakan yang terbaik untuk fira. Dan dia berjanji akan menghadapi hari-hari tanpa Fira. Dia akan kuat dan tidak akan cengeng. Dia selalu teringat kata-kata Fira sehari sebelum dia kecelakaan.
"Nay, kebanyakan orang itu curang, rusuh ! semaunya sendiiri, egois, tidak mengerti, dan kalau kamu lemah, dan selalu memikirkan cara memuaskan mereka atau agar diterima mereka, itu bodoh. Biar saja kita sendiri asalkan bener gak masalah. Orang seperti mereka memang kuat. ketidak adilan ada dimana-mana. Maka kamu harus kuat hadapi mereka ! ingat kalau kamu lemah maka mereka akan semakin kuat menindasmu !"
Nayla mengusap air matanya. Hujan semakin deras mengepung helmnya. Dan cahaya lampu sorot kendaraan bermandikan air langit memancarkan bayangan di aspal. Cahaya -cahaya di jalan berdansa dan sebagian berlarian dalam hujan.
(pkt)
Tag
cerpen online 5m,
kumpulan cerpen remaja cerpen persahabatan