ini cerpen yang kuposting di fb zaman dulu..coba diarsipkan di blog ini
<photo id="1" />
Aku seorang penyihir jelek. Itulah yang ada dalam pikiranku. Aku mempunyai hidung terlalu pendek dan rambut yang tidak bisa lurus. Selain itu aku tidak mempunyai prestasi di sekolah. Aku tidak pernah mendapat nilai baik dalam bidang pelajaran di sekolah. Karena itu aku tidak membayangkan akan mendapat rangking dalam setiap pembagian rapot. Dan aku selalu memendam perasaan ingin mendapat pujian atau penghargaan atas sebuah prestasi. Aku seorang penyihir jelek. Itulah yang ada dalam setiap pikiranku. Aku merasa tidak mempunyai bakat dalam bidang apapun. Dalam bidang olahraga ataupun seni. aku sudah berusaha keras agar aku menjadi orang yang dibanggakan. Tapi sepertinya usahaku sia-sia.
Aku penyihir jelek. Pernah aku berusaha menjuarai perlombaan tercepat dalam lari sapu terbang, tapi aku mendapatkan hasil terakhir. Aku juga pernah berusaha sekuat tenaga agar menang dalam perlombaan memasak. Akan tetapi harapan itu hanya harapan. Aku mendapat tertawaan karena masakanku gosong. Akh, malu sekali aku mengingat peristiwa itu.
Aku selalu berpikir, tidak ada yang bisa dibanggakan dari diriku. Aku tahu hari ini adalah pegelaran anak berprestasi. Dan aku memilih berdiam diri di rumah, menjaga nenek. Undangan kontes anak berprestasi sudah tersebar dari seminggu yang lalu tapi aku tidak mempedulikannya. Aku memilih merawat nenek.
Aku tinggal bersama nenek. Nenek sudah sangat tua dan sering sakit-sakitan. Sudah menjadi tugasku sebagai cucu untuk mendampingi nenek, memberikan nenek obat dan menyuapinya makanan.
Nenek duduk di sampingku. Wajahnya nampak heran dan bertanya kenapa aku tidak menonton dan ikut acara kontes anak penyihir berprestasi. Aku hanya menunduk. Aku menjawab, kalau sia-sia saja aku mendaftar kontes anak berprestasi. Tidak ada yang dibanggakan atas diriku. Aku penyihir jelek. Aku tidak mungkin memenangkan perlombaan itu. Nenek hanya tersenyum menatapku.
Pulang sekolah aku mendapat kejutan. Aku melihat seonggok kado di depan kamarku. Aku berteriak memanggil nenek. Nenek menghampiriku. Wajah nenek terlihat gembira. Itu kado buatmu. Kata nenek. Aku melongo. Tidak percaya. Dari siapa kado itu nek. Tanyaku. Nenek tersenyum. Itu kado buat anak berprestasi. Pengirimnya dari kontes anak berprestasi. Engkau memenangkan kontes itu. Bagi nenek kau adalah juara dari anak-anak berprestasi dalam kontes dimanapun berada. Aku telah menulis surat buat ratu. Aku mengatakan tentang dirimu. Kau masih kecil tapi mampu menjaga nenek yang sudah lemah ini. Aku bangga mempunyai cucu seperti engkau. Kata nenek dengan wajah menangis. Ratu terharu membaca suratku dan dia meminta juri kontes memenangkan kamu menjadi juara. Kumohon, mulai hari ini kamu jangan mengira dirimu jelek. Kau adalah mutiara dari Tuhan. Setiap anak adalah mutiara yang berbeda-beda. Kau adalah mutiara terbaik bagi nenek. Terang nenek sambil memegang tanganku.
Aku membuka kado bungkusan itu. Kado itu berisi boneka kesukaanku. Aku menangis karena gembira. Hari ini aku merasa bangga atas diriku. Kupeluk nenek. Dan mulai hari ini aku harus berusaha mengenyahkan pikiran kalau aku jelek.
********************************************TAMAAT*****************************