Satu hari lagi, acara MOS di SMA Sewon Kidul akan dibuka dan diselenggarakan dengan meriah. Para senior nampak ribut meeting dan sibuk membuat aksesoris dan label-label untuk kelas MOS. Sementara itu peserta MOS masih memiliki waktu buat libur, dan itu digunakan mereka buat membeli peralatan MOS. Dan mari kita buka bersama-sama kertas catatan mereka tentang barang yang akan mereka bawa di hari pertama :
1 . lele kumis keriting jumlah satu
2. cokelat rasa sirsak jumlah satu
3. buah semangka bergaris lima
4. topi kerucut seperti penyihir bagi peserta cowok
5. rambut bagi perempuan dikucir lima, pita warna kuning,
6. tas karung goni
7. dasi kacang panjang
8. pakaian putih hitam.
9. cake brownies satu dus
Alhasil pasar paling wahid dan terkenal di seantero Klaten Raya pun dirusuhkan oleh anak sekolah dan bertampang sok dewasa itu. Pasar Brotoyudon adalah pasar yang menyediakan barang-barang yang cukup lengkap bagi kebutuhan masyarakat Klaten dan sekitar. Terdapat kios dua lantai seluas dan selebar seperti mall tapi nampak kumuh dan semrawut. Lantai atas sendiri adalah tempat pedagang daging dan bolo-bolonya, lalu lantai bawah tempat pedagang sayur-sayuran, grosir pakaian dan juga elektronik.Sepanjang gang dan jalan disesaki bau cabe rawit, bau bawang busuk, bau comberan dan juga bau keringat para pedagang dan pembeli yang tumblek blek , dan suara bising para pedagang menawarkan dagangan seperti suara kodok di musim hujan.
Terlihat tokoh kita Gugun, Yona dan Amir sedang berlari-lari menyusuri gang Pasar Brotoyudon. Sudah satu jam mereka ngubek-ubek pasar tapi belum mendapatkan semua yang mereka inginkan. Mereka sudah mendapatkan karung goni, kacang panjang, pakaian putih hitam , cake brownies dan lain-lain. Yona membeli pita warna kuning satu roll.
“Yah, kurang lele keriting, tapi gak tahu dimana belinya,... Semangat !!!” kobar Yona waktu ngelihat dua sohibnya terkapar lemas di depan etalase toko emas.
“Tobat deh,...bisa pingsan aku !” ujar Amir sambil kipas-kipas wajahnya dengan tangan. Suasana pasar dirasakannya semakin panas menggodok tubuhya.
“Huum.. Kayaknya lele kriting di lantai atas .” Guman Gugun dengan tampang nyerah. Soalnya dia baru salah alamat saja naik turun dari lantai dua. (Gak nyangka banget, kan ?kalau pedagang ikan ada di lantai atas, hehehe)
“Tuh, teman-teman kita !” celetuk Amir sambil nunjuk tampang-tampang siswa baru yang berjumlah tujuh puluh orang pada nyari barang-barang buat MOS. Tiba-tiba mereka melihat dua pembantu kembar Farid melambai ke arah mereka. “Enak ya hidup Farid, gak susah-sudah, udah ada dua pembantu ngebantu dia belanja cari barang-barang.” Batin trio kwik-kwok ngiri.
“Eh lele keriting tinggal lima ekor, cepat ke lantai atas !” teriak Jamilatun pada trio kwik kwok.
Amir , Yona dan Gugun gak membuang waktu. Mereka bergegas bangkit dan cepat-cepat naik ke lantai atas. Beberapa kali mereka bersenggolan dengan para pembeli yang membuat para pembeli terjatuh dan terpental.
“Dasar anak-anak, edaaan !!!” serapah mereka. Tapi tiga tokoh kita itu tak peduli dan seolah udah kehilangan nurani. Mereka berlari cepat dan seolah gak ingin ketinggalan dan kehabisan lele kriting.
Benar saja sampai di tempat pedagang lele mereka melihat tiga ekor lele keriting di baskom sedang menari-nari dan berwajah muram. Yona segera membeli satu, begitu juga Amir langsung ambil buntut lele itu dan membayar ama pedagang, dan Gugun sedang ngitung apakah uangnya masih cukup buat membeli lele, ketika hendak membeli, lele itu sudah lenyap.
“Lho ! mana lelenya ,Bang?” Tanya Gugun heran.
“Tuh udah dibeli Neng itu !” Tunjuk pedagang plontos itu sambil senyum. Pedagang itu gembira ria karena dagangannya laris manis. Tapi sebenarnya dia merasa bersalah. Karena udah nipu anak-anak itu. Dia menjual lele berkumis keriting palsu. Yaitu dengan lele yang kumisnya dililitkan pada lidi sehingga kriting. Tapi siapa suruh, ada lele keriting. Kan susah banget nyarinya kalee, jadi dia ngebantu para pelajar itu. Batin pedagang itu ngedukung setan melawan hati nuraninya.
“Hei, curang, kembalikan lele itu !” marah Gugun.
Gadis manis pakai kaos itu pun menoleh. Alamak, Gugun kaget. Dia sepertinya pernah liat itu anak. Yap, dia ingat, itu anak yang dia lihat waktu di briefeng MOS. Dia adalah teman Sandara. Cewek berpipi tembem itu bernama Cici Ciput.
“Enak aja ! Aku dulu yang beli, seesnaknya saja minta lele yang sudah dibeli !” Ngotot Cici.
“Tapi aku yang nyampe di sini dulu, tadi aku sedang ngitung uang dulu, eh tahu-tahu udah kamu beli !!"
"Jahat kamu!! kembalikan lelel itu !”
Gugun yang yakin udah gak ada lagi lele keriting di Pasar Brotoyudon atau bahkan di Klaten Raya menjadi seperti gila dan kesurupan.Taskresek item berisi lele di tangan Cici direbutnya. Cici kaget. Dia gak mengira, Gugun yang bertampang polos itu akan berbuat sejauh itu. Cici meraih lagi taskresek yang udah dicengkeram Gugun. Akhirnya dua anak yang udah SMA itu tarik menarik taskresek berisi lele sehingga lele dalam taskresek pun mual perutnya dan muntah-muntah. Gak tahan dengan perilaku maniak dua manusia itu, sang lele mengigit taskresek dan meloncat setinggi-tingginya untuk melepaskan diri.
Gugun dan Cici terkejut, lele itu udah terbang terlempar dan menghilang di antara kaki-kaki pedagang dan pembeli di pasar. Meskipun kedua anak itu berusaha mencarinya, lele itu udah sembunyi dalam comberan.
Gugun dan Cici tinggallah bertatapan dengan tampang sama-sama super mencorong marah. Cici gak terima, lalu kepala Gugun diteplaknya, Cici pun menangis. Orang-orang di pasar kaget dan semua fokus melihat ke arah mereka. Gugun jadi malu dan merasa dia yang salah dan menjadi terdakwa. Bahkan ibu-bu sangat marah kepada Gugun.
“Maaf kan aku, baiklah aku akan nyari lele itu dan lele itu buat kamu.” Ujar Gugun sambil ngeloyor lunglai dan pergi ke comberan. Dia mengudak-udak ke air hitam dan bau itu dan alhamdulillah dia menemukan lele itu yang sudah dalam keadaan pingsan. Rupanya lele itu shock dengan bau comberan yang udah terkomtaminasi oleh formalin dan juga bau sampah busuk. Hoho ngawur kali ini pengarang.
Dengan sopan Gugun nyerahin lele itu pada Cici. Cici merasa puas. Tanpa ucapan terima kasih, dia pun ngacir ngeloyor pergi dari Pasar Brotoyudon setelah mendapatkan lele keriting itu.
Gugun menghela nafas panjang. Air matanya mengalir. “Sabar ya Gun.” Kata Yona dan Amir sambil menepuk pundak sohibnya itu. Gugun mengangguk. Dia bersyukur punya dua sahabat yang menguatkannya (ceile @.@). Gugun melangkah pulang dengan diapit dua sohibnya itu. Sementara itu sayup-sayup dia mendengar keributan pelajar yang pada berebutan barang-barang buat MOS. Mereka cuma meringis waktu ngeliat pelajar cakar-cakaran dan marah-marah di tempat penjual semangka. Rupanya waktu itu semangka lima garis emang terbatas jumlahnya, sehingga membuat pembeli yang notabene peserta MOS itu panik dan marah. Dan rebut-rebutan menjadi arena memalukan di pasar itu. Para bapak ibu, emak tante, om, dan pembeli yang lain geleng-geleng kepala dan dalam hati merasa terganggu oleh ulah para pelajar tersebut.
Sinar senja menghiasi Pasar Brotoyudon. Gugun, Yona dan Amir sudah sampai di terminal dan naik angkot langganannya. Wajah mereka lelah. Tapi mereka tenang, karena sudah mendapatkan barang-barang yang dibeli. Sementara Gugun mencoba tegar. Terpaksa dia membeli lele di rumah tetangganya. Lele yang tidak keriting. Dan dia siap dengan konsekuensinya esok hari. Dia berdoa semoga MOS besok tidaklah seketat dan sekejam bayangannya.
(bersambung....)
KE EPISODE :
MOS HARI PERTAMA, DENDAM KESUMAT PARA SENIOR !