CERPEN 5M

hahaha

  • Home
  • Quote gua
  • CERPEN
  • DAFTAR ISI
  • OPINI
  • TENTANG BLOG
Home » cerpen kritik sosial » cerpen tentang orangtua » JANJI EMAK

Saturday, 8 February 2014

JANJI EMAK

cerpen janji emak

Bersinar kau bagai cahaya, beri ku penerangan. Kaulah ibuku, terimakasih ku takkan pernah  terhenti..
Kau bagai matahari...yang selalu bersinar..

                POV RIKI
                “Yang benar Mak ?!  jadi kalau aku besok juara satu , aku dibelikan baju seragam pramuka !” ujarku sambil mengerjap-ngerjap.
                Sekali lagi kutatap wajah Emak. Dia tersenyum-senyum padaku. Senyumnya sangat aneh dan seperti tidak serius.
                “Ya, pasti ! apakah Emak pernah mengingkari janji ?”
                “Belum pernah  Mak !” aku berseru. Aku gembira. Tentu saja. Selama ini aku hanya punya baju pramuka satu. Terasa tidak enak di badanku yang sedikit gendut.  Kalau seragam  baju putih merah, aku punya tiga. Itupun warisan dari kakakku. Kakakku itu selalu juara satu, dan hadiahnya selalu baju putih merah. 
                Lalu aku berlari, mengitari ruangan itu,  bermain naik pesawat. Kakakku Abdul ikut juga merusak ruang tamu itu. Emak  nampak  tidak pernah marah.

                POV  EMAK
                Aku  tersenyum, aku  tidak yakin Riki akan dapat rangking  satu. 

Riki paling malas belajar. Tidak mau belajar. Jadi tidak mungkin dia mendapatkan baju pramuka itu, jadi keuanganku masih bisa diandalkan sampai bulan depan. Aku  pikir baju Riki masih bisa bertahan sampai dia kelas enam SD. Hmm, kenapa sih hadiah untuk Abdul selalu baju putih merah, coba sekali bisa meminta  sama gurunya buat  ngasih hadiah yang lain.Batinku miris. 

                Senja  seperti biasa,  aku  selesai bekerja di dapur.
                Menghela nafas berkali-kali . Ruangan ini baru dibersihkan, Abdul dan Riki  itu selalu saja membuat angin ribut. Porak-poranda. Karena capek aku  tidak peduli dengan rumahku yang sudah seperti kapal pecah. Aku duduk di sofa buntut sambil kipas –kipas. Aku  melirik  kalender. Sudah Lima bulan aku bekerja menjadi guru swasta dan sudah sewajarnya aku mendapatkan bayaran. Biasalah tunjangan kesra itu adalah andalanku. Dengan uang itu aku bisa membeli beras dan perseiadaan sembako selama beberapa hari. Hmm, aku sungguh mengharapkan tunjangan itu segera dicairkan. Biasanya pemerintah selalu berbelit-belit. Biasalah birokrasi, meskipun syarat-syarat sudah lengkap masih saja uang belum turun-turun, padahal di dapur asap butuh mengepul. Sekali lagi aku hanya bisa menangis  batin.

                Pagi itu aku  segera mengambil sepeda buntutku bersiap ke tempat kerja  dan dua anak bandelku  itu mengintai. “Mak, katanya kalau gajian, aku dibelikan alat pancing kan Mak ?” kata Abdul.
                “Iya, iya pokoknya beres ,” Ujarku  dengan penuh percaya diri.

                POV  RIKI.
                “Mak, hari ini aku menagih janji Emak !” Ujarku, kupamerkan rapotku. Ya, aku dapat rangking satu. Seharusnya Emak gembira tapi dia tampak shock.
                “Masa sih, kamu juara satu, pasti gurumu salah beri nilai ,” ujar Emak sambil melotot meneliti nilai-nilaiku.
                Aku hanya merengut.  “Pokoknya seragam pramuka baru !”  tagihku."Mak, aku ingin memakai seragam baru, Mak !"

                “Iya, iya, tenang tunggu, hari ini Emak akan gajian,” kata-kata Emak itu menenangkanku.

                Lalu aku  memandang tubuh Emak mengayuh sepeda dengan seragam batik kebesarannya menuju tempat kerjanya, dan  menghilang dibalik rimbunan pohon perkampungan. Lalu aku menghabiskan hari menonton televisi dan bermain di pekarangan, tapi selebihnya aku menunggu kepulangan Emak.
                “Kak, ini sudah sore Emak  belum pulang ya ?”  celetukku di bangku halaman. Sudah sepuluh kali aku keluar rumah memandang ke jalan, kalau-kalau emak pulang aku akan menyambutnya dan emak pasti datang membawa seragam pramuka baru.
                Abdul hanya mengangguk. Perut kami berbunyi, tapi kami lebih menantikan hadiah-hadiah buat kami.

                POV EMAK.

                Sinar keperakan ungu  sudah menggantung di langit. Aku masih bolak balik di pasar itu. wajahku terlihat  ingin marah campur sedih. Tapi marah pada siapa.  Kenapa sih, tunjangan kesra tidak diberikan padaku. Namaku tidak tercantum dalam daftar penerima gaji. Apa-apaan ini, tahun kemarin aku selalu terima, kenapa sekarang aku tidak tercatut dalam daftar itu. Kenapa selalu ada kesenjangan antara guru swasta dan negeri. Bukankah kita sama-sama bekerja keras ! sama-sama mengabdi pada negara.  Tuhan, redakan emosiku, jangan sampai aku membakar pasar ini,  Oh Tuhan bagaimana aku bisa pulang dengan tangan kosong. Aku tidak bisa membayangkan wajah Abdul dan Riki waktu nanti aku pulang. Aku menjerit dalam hati.  

( Tamat.)




TAG
cerpen tentang perjuangan ibu, 
cerpen judul janji emak, 
CERPEN 5 M

Artikel Terkait
cerpen tentang orangtua
  • SURAT BUAT BUNDA (sajak)
  • CERITA ABADI
  • surat buat bunda
  • IBU
cerpen kritik sosial
  • RUMAH KARDUS DAN TAHUN BARU
  • BOM ITU ADALAH.............(tulisan iseng di pagi hari)
  • Ketika Pahlawan Ingin Demo
  • PRESIDEN TAMAN BERMAIN (PARODI)
  • Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang Mengundurkan Diri
  • 2 + 2 = 5
Newer Post Older Post Home

Entri Populer

  • SASKIA
  • SINOPSIS NOVEL SUPER KONYOL “MENDADAK PAHLAWAN GARUK RANGER”

Blog Archive

  • ►  2015 (35)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (23)
    • ►  May (2)
    • ►  January (2)
  • ▼  2014 (94)
    • ►  December (8)
    • ►  November (6)
    • ►  October (12)
    • ►  September (5)
    • ►  August (6)
    • ►  July (12)
    • ►  June (9)
    • ►  May (7)
    • ►  April (3)
    • ▼  February (12)
      • SUARA HATI NADIA
      • BONEKA UNTUK FITRI
      • ANAK GILA
      • JANJI EMAK
      • DINGIN TAK TERCATAT
      • KABUT TURUN BERGUMPAL-GUMPAL DARI PUNCAK GUNUNG
      • MALAM
      • HUJAN BULAN JUNI
      • INTEROGASI CERMIN SLAMET RAHARDJO RAIS
      • AKU DAN BINTANG JATUH
      • CERITA ABADI
      • KAMPUNG
    • ►  January (14)
  • ►  2013 (29)
    • ►  December (16)
    • ►  November (8)
    • ►  September (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2012 (25)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (9)
  • ►  2011 (13)
    • ►  December (1)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  January (1)
Betapa mudah dan tak sadar menjadi sombong dan tidak iklas dalam beramal (kata mutiara)

hanya orang yang berani gagal besar yang bisa meraih sukses besar (Robert F, Kennedy)
Powered by Blogger.
Copyright 2013 CERPEN 5M - All Rights Reserved
Template by Mas Sugeng - Powered by Blogger