CERPEN 5M

hahaha

  • Home
  • Quote gua
  • CERPEN
  • DAFTAR ISI
  • OPINI
  • TENTANG BLOG
Home » CERPEN RELIGI REMAJA » BAPAKKU PENCURI

Monday, 6 August 2012

BAPAKKU PENCURI

cerpen religi judul bapakku pencuri


  Nampak cewek berkerudung, dengan kemeja panjang dan rok lebar semata kaki  masuk ke dalam bus kota. Cewek itu mengenakan tas punggung. Dan ia terlihat anggun dan mandiri. Nama cewek itu adalah Mita. Ia biasanya pakai motor. Tapi motornya bocor dan harus dititipkan di bengkel. Ia tidak bisa menunggu karena harus menjemput adiknya. Kalau terlambat ia bisa dimarahi adiknya.

       Bus penuh sesak, Mita merasa gerah. Asap rokok dan bau keringat. Dan penumpang tampak tidak ramah. Tiba-tiba seorang pengamen datang. Ia memakai topi lebar sehingga wajahnya tidak kelihatan. Tubuhnya agak gempal. Dan ia mulai menggebrak gitar soaknya.

     “Selamat siang bapak , ibu, persembahan dari pengamen jalanan.” Suaranya nampak renyah. Mulailah dia bernyanyi. Biasanya suara pengamen yang  Mita jumpai itu gak ada yang asik. Tapi pengamen itu, Mita membuka matanya. Suaranya bening banget dan serak-serak seperti suara Ariel peter pan. Woow, siapa sih pengamen itu. Ia menyanyikan lagu berbahasa inggris lagunya The beatles. Itu kan  band kesayangan Mita. Kereen banget.

      “love-love love, theres nothing you cant do that can’t be done. Nothing you can sing that can’t sung. Nothing you can say, but you can learn how to play this game, it’s easy...” dst.
   All you need is love. Hah. Mita senang banget ndengerin lagu itu. Seketika rasa pusing dan kekesalannya akibat motor nya yang mogok mendadak hilang. Ia merogoh uang lima ribu. Ia akan ngasih uang itu untuk pengamen bersuara merdu itu.

    Pengamen berjalan  pelan menyusuri penumpang sambil menengadahkan topi lebarnya buat menerima recehan. Tiba di kursi Mita. Ia senang mendapat uang lima ribuan.
  “Terima kasih Mbak !” ucap pengamen itu.
    Mita tersentak. Ia seperti kenal suara itu. Ia mendongak dan ia memandang dengan jelas pengamen itu. Ia itu Moko. Yach Moko teman di kelasnya. Ia tak menyangka Moko itu pengamen.
    “Eh Mita yach !”  celetuk Moko dengan wajah malu. Selama ini memang tidak ada yang tahu kalau ia mengamen. Ia buru-buru turun dari bus kota ketika bus itu berhenti di lampu merah.
   Mita memandang Moko dari jendela bus. Ia melihat Moko berlari di pinggir trotoar. bergabung dengan anak pengamen jalanan yang lain. Mereka nampak tertawa dan juga menyedihkan.
    Huff. Mita menghempaskan punggungnya di kursi bus. Ia merenung. Buat apa sih Moko mengamen. Bukankah itu akan mengganggu belajarnya. Apakah orang tuanya sudah tidak bertanggung jawab sehingga membiarkan anak yang seharusnya tugasnya hanya belajar bergelantungan di bus kota.

    Mita betul-betul tidak mengerti. Siang itu petir menggelegar di langit. Awan hitam datang berbodong-bondong. Dan hujan turun rintik-rintik membasahi kota yang panas itu.

Moko berlari-lari menuju ke halaman rumahnya. Rambutnya basah. Gitar soaknya dipeluknya. Dan sampai di teras rumah tubuhnya sudah basah kuyup. Ia membuka pintu depan lalu meraih handuk kucel di jemuran di ruang tamu lalu mengeringkan rambutnya dan ia termangu, ia melihat bapaknya sedang sibuk memredeli sebuah motor.
    “Bapak ?”  sapa Moko. Ia senang bapaknya pulang. Bapaknya Moko hanya berdehem. Ia tidak menengok ke arah Moko. Dan larut dalam kesibukannya. Terlihat lintingan rokok terselip di bibirnya.
    “Bapak, nyuri lagi yah ?” geram Moko yang masih berdiri terpaku di depan pintu.
    Bapak Moko terdiam. Ia tersenyum sejenak. “Bukan urusanmu, yang jelas nanti ayah akan belikan kamu piano dan juga gitar yang bagus, biar kamu kelak jadi penyanyi beneran hahaha !” Pak Sentot ayah Moko itu tertawa sengak.

     Moko mendengus kesal. Ia berlari ke kamarnya. Ia membanting pintu kamarnya dan ia  meringkuk di pojok kasurnya.  Kenapa sih, bapaknya masih saja melakukan pekerjaan yang berbahaya seperti itu. Moko kalut. Ia tidak suka bapaknya masih menggeluti pekerjaan haram itu. Lebih baik menjadi pengamen daripada menjadi pencuri, guman Moko, lalu untuk menenangkan hatinya Moko bernyanyi sendiri di kamarnya yang penuh tempelan poster john lennon, paul mc cartney, ringo star dkk. “There are places i’ll remember. All my a life though some hace changed. Some forever, not for better. Some have gone  and some remain....(in my life)

     Esok harinya di sekolah Mita menemui Moko. Dan ia ingin Moko menyanyi lagi. Dan ia dikelilingi teman-teman kelasnya Moko menyanyikan lagu the baetles lagu berjudul eanor rigby. Semua bertepuk tangan dan memuji Moko. Mereka nggak menyangka Moko hafal lagu-lagu the beatles, dan ia menyanyikannya dengan baik.
  waktu  istirahat, Moko menyelinap ke perpus. Ia bersama beberapa temannya duduk buat membaca koran hari itu. Dan Moko terpekur dia melihat headline berita kriminal. Seorang pencuri sepeda motor digebuki massa sampai meninggal lalu dibakar. Sadis banget.
     Moko merinding. Ia teringat bapaknya. Seketika wajahnya pucat. Dan ia buru-buru keluar dari perpus dengan wajah ditekuk dan sayu. Ia bingung dengan masalahnya. Bagaimana kalau bapaknya bernasib sama seperti di koran itu. Ia tidak ingin bapaknya bernasib tragis. Tiba-tiba ia ingin menemui Mita. Ia merasa Mita itu sahabat yang baik. Ia jarang mengkritik, pendiam tapi juga perhatian. Ia ingin minta pendapat Mita.

     Mita ternganga ketika Moko bercerita kalau ayahnya pencuri. Ia melihat mata Moko merah dan seperti menahan agar tidak menangis. Cowok itu ternyata menanggung beban yang berat. Mita meghela nafas panjang. Ia memainkan sendok mie ayamnya sehingga menimbulkan bunyi denting di mangkok bening itu.
  “Hmm, gimana yah, rumit juga. Tapi kalau ayahmu tetap mencuri itu tidak diridhoi Allah. Kalau aku sarankan sich laporkan aja ke polisi, tapi itu berat banget kalau aku jadi kamu aku juga bingung..” kata Mita.  “Tapi berdoalah, Allah maha baik, ia akan membantumu melewati semua ini,”

      Melaporkan polisi. Hah, bagaimana mungkin seorang anak melaporkan ayahnya sendiri ke polisi. Lalu setelah curhat itu, Moko mengucapkan terima kasih pada  Mita dan ia berjalan pulang dengan gontai. Pikirannya berkecamuk. Sampai di rumah, ia melihat ayahnya sedang makan di ruang depan dengan petai dan sambil mengangkat kaki.
     “Moko, Bapak berikan kamu gitar baru tuh !” kata bapak sambil tertawa. Moko  terkejut. Ia melihat gitar baru yang jernih dan kincong di dipan rumahnya. Ia tak sabar ingin mengelusnya. Tapi langkahnya dihentikan.
   “Bapak  membeli gitar itu dengan hasil curian sepeda motor kan ?” desis Moko kesal.
   Bapaknya terdiam dan sedikit kesal. “Anak tak tahu diuntung, bapak sudah capek membelikan malah tak ada ucapan terima kasih, weleh.”
     Moko terpekur di kamarnya. Akhirnya ia mengambil keputusan ia akan melapor bapaknya ke polisi meski berat tapi itu lebih baik, supaya bapaknya kapok dan sadar.

     Siang itu dengan langkah berat Moko pergi ke kantor polsek . Di sana ia ditemui oleh wakapolsek Gunawan. “Ada apa Nak, kamu kelihatan bingung sekali, Bapak lihat kamu dari tadi berdiri di halaman polsek, mondar mandir nampak  seperti ragu-ragu,” 
    Lalu Moko menceritakan masalahnya dan ia mengatakan kalau bapaknya itu pencuri sepeda motor tapi Moko memohon agar wakapolsek tidak menghukum bapaknya.
   Wakapolsek menatap moko dengan takjub. Pemuda yang jujur dan berani. Jarang ada remaja seperti Moko, yang menyatakan kebenaran. Meski itu pahit dan mengorbankan ayahnya sendiri. “Terima kasih atas laporanmu Nak, bapakmu akan diperlakukan sesuai prosedur dan hukum yang berlaku.” Celetuk orang tua yang masih nampak gagah dan enerjik itu.
     Moko pamit pulang. Wajahnya sayu. Ia sudah siap dengan resiko akibat perbuatannya. Dan benar saja sore harinya. Rumah Moko di kepung polisi. Tetangga ribut melihat kejadian itu. Pak Sentot marah-marah, ia menyumpahi Moko yang melaporkan dirinya. “Anak durhaka ! aku ndak  punya anak seperti kamu !” murka pak sentot. Tangannya diborgol dan dia diseret ke tahanan mobil polisi. Kakinya sempat tertembak karena hendak melarikan diri.
      Moko berdiri di pinggir jalan dan memandang ayahnya sebagai pesakitan di atas mobil tahanan. Sirene polisi berbunyi, dan mobil polisi merangkak keluar dari gang rumah Moko. Ketika mobil melewati tempat berdiri Moko, Pak Sentot meludahi Moko dari jauh.
     Moko hanya menunduk. Dan tentu saja hatinya hancur dan sedih.
    Sebulan berlalu. Moko yang tabah tetap mengunjungi bapaknya di tahanan kabupaten. Ia membawa rantang makanan kesukaan ayahnya yaitu semur petai. Ia menunggu di luar karena jam tunggu belum dibuka. Tiba-tiba wakapolsek datang menghampiri.
     “Hei Nak kamu kan yang kemarin melapor Bapak kamu ya..?” tanya wakapolsek.
      Moko meringis. Ia duduk di sebelah Moko. Dan tiba-tiba Moko mendengar hp wakaposek  berbunyi. Ring tone lagu yesterday milik the beatles.  Setelah menerima telpon. Mereka kembali berbincang.
   “Bapak suka juga dengan the beatles ?” tanya Moko.
  “Suka aku penggemar jhon lennon !”
   “Aku juga suka,”
    Pak Gunawan ketawa gembira. “Oh yang lagu ini....say the  word and you’ll be free, say the word and be like me. Say the word im thingking of...”.
   “Itu kan lagu yang judulnya the word.”  Potong Moko. Hah, ternyata mereka berdua sama-sama maniak the beatles. Lalu mereka ngobrol panjang sambil sesekali nyanyi bareng. Dan mereka sering ngobrol grup band inggris itu dan sampai kadang-kadang lupa kalau hari sudah senja.

     Waktu telah melesat cepat. Sudah setahun lebih. Dan sebulan  lagi  Pak Sentot keluar dari tahanan.  Moko datang ke tahanan menengok  bapaknya. Ia  memakai baju rapi dan nampak manis. Di sampingnya pak wakapolsek Gunawan mendampinginya. Pak Gunawan sudah menganggap Moko sebagai anaknya. Dan ia yang tidak memiliki anak  mengangkat Moko menjadi anak angkatnya. Moko mendapatkan bantuan pendidikan dan juga kebutuhan sehari-hari dan hidupnya tidak terlantar.

     Moko bahagia sekali. Allah Maha besar. Kalau kita percaya pada kebesaran Nya. Allah akan membantu kita. Allah maha baik. Dia menyadarkan Pak Sentot. Ia tersentuh dan  melunak  hatinya oleh kesabaran dan ketelatenan  Moko yang sering menengoknya di penjara. Dalam hati Pak Sentot sudah memaafkan, sudah menerima Moko dan tidak marah lagi. Ia senang Moko  tamat SMA dan sebentar lagi melanjutkan kuliah atas biaya pak wakapolsek.

     Sore itu Moko nampak di antara bus kota. Ia ingin mengamen lagi. Ia memang suka menyanyi dan mengamen adalah  untuk kepuasan hatinya. Dan ia  menyanyi lagu religi. Dan semoga dengan menyanyi lagu religi ia mendapat pahala juga. Ihik...
           “Selamat siang bapak dan ibu, kami pengamen jalanan, akan menyanyikan lagu..lagu ini khusus kupersembahkan buat bapakku yang berada dipenjara...”
Moko memetik  gitarnya dan bernyanyi dengan mata berkaca-kaca.  “Bila saja umurku panjang. Kukan selalu mengabdi pada Mu. Bila nanti ku punya rizki. Ku kan pergi ke tanah suci.  Ya Allah kabulkan doaku.  Untuk menebus salahku. Ya Allah, berikan waktu tuk bahagiakan orangtuaku..” (lagu band Republik judul hidupku di jalan Mu)


Tamat .

(saya lupa kapan membuat cerpen ini, cerpen ini sudah lama sekali)




Artikel Terkait
CERPEN RELIGI REMAJA
    Newer Post Older Post Home

    Entri Populer

    • SINOPSIS NOVEL SUPER KONYOL “MENDADAK PAHLAWAN GARUK RANGER”
    • Penulis Komedi yang Merana

    Blog Archive

    • ►  2015 (35)
      • ►  October (1)
      • ►  September (3)
      • ►  August (4)
      • ►  July (23)
      • ►  May (2)
      • ►  January (2)
    • ►  2014 (94)
      • ►  December (8)
      • ►  November (6)
      • ►  October (12)
      • ►  September (5)
      • ►  August (6)
      • ►  July (12)
      • ►  June (9)
      • ►  May (7)
      • ►  April (3)
      • ►  February (12)
      • ►  January (14)
    • ►  2013 (29)
      • ►  December (16)
      • ►  November (8)
      • ►  September (1)
      • ►  June (2)
      • ►  May (1)
      • ►  April (1)
    • ▼  2012 (25)
      • ►  December (4)
      • ►  November (1)
      • ►  October (1)
      • ►  September (4)
      • ▼  August (3)
        • IMPIAN KANAK-KANAK DAN SONNET X
        • Lima Hari Menunggu Maut
        • BAPAKKU PENCURI
      • ►  July (1)
      • ►  June (2)
      • ►  May (9)
    • ►  2011 (13)
      • ►  December (1)
      • ►  November (3)
      • ►  October (3)
      • ►  September (2)
      • ►  June (1)
      • ►  May (2)
      • ►  January (1)
    Betapa mudah dan tak sadar menjadi sombong dan tidak iklas dalam beramal (kata mutiara)

    Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaanya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaan nya terhadap kehormatan dirinya ( khalifah ali bin abi talib. R.a)
    Powered by Blogger.
    Copyright 2013 CERPEN 5M - All Rights Reserved
    Template by Mas Sugeng - Powered by Blogger