Anak laki-laki itu berjalan menunduk, dia mencoba menghalau suara-suara orang yang mengejeknya.
"Sepatunya hahaha !"
"LIhat, sepatunya berlobang semua !"
Setiap orang yang melihat ke arah kakinya, pasti tersenyum dan tak tahan untuk berkomentar tentang sepatunya.
Edwin merengut, Dia berjalan dan memandang sepatunya. Jelek memang, hingga jempol kakinya pun kelihatan, Tidak pantas menjadi sepatu, tapi aku tidak punya yang lain. Umpat Edwin.
Lalu Edwin berhenti dan berdiri di tengah jembatan. Dan memandang ke aliran air. Ingin rasanya dia menceburkan diri ke air itu. Dia melihat bayangan dirinya di air jernih itu. Celananya yang semata kaki robek di sana sini dan bajunya yang kucel. Sial kenapa aku dilahirkan menjadi anak miskin. Ujarnya. Dia kemudian berjalan lagi dengan lunglai dan wajah masam.
Dia berhenti ketika melihat seorang anak laki-laki sedang duduk sendirian di bangku taman. Anak laki-laki seumur dirinya . Pasti dia anak orang kaya dan sepatunya bagus sekali. Kata Edwin dalam hati. Mereka saling pandang dengan heran. Karena lelah berjalan, Edwin duduk di sebelah anak laki-laki itu.
Kamu pasti mau mengejek sepatuku kan, ayo katakan saja ! batin Edwin kesal. Dia melirik ke sepatu anak laki-laki itu. Dia ingin sekali memiliki sepatu seperti itu. Pasti bahagia sekali dirinya kalau memakai sepatu seperti itu dan tidak ada yang mencemoohnya. Anak laki-laki di sebelahnya kemudian tersenyum pada Edwin dan melambaikan tangan ke arahnya.
sok ramah, Edwin mendengus kesal pada anak laki-laki itu lalu dia bangkit berdiri dari bangku taman, dan bergegas melangkah pergi dari tempat itu.
Edwin kembali berhenti dan duduk di rerumputan di bawah pohon rindang. Dia kesal. Dia lelah. Dia kemudian mencopot sepatunya, dan dia menelusupkan tanganya ke dalam sepatu itu dan sepatu itu dimainkannya menjadi boneka yang mempunyi mulut besar.
"Tuhan tidak adil ! kenapa aku dilahirkan seperti ini !" kata sepatu yang kanan
"Betul, tidak ingin menjadi seperti ini !" jawab sepatu yang kiri
"mereka tidak tahu rasanya memiliki sepatu yang jelek !" timpal sepatu yang kanan lagi.
Edwin kemudian menghempaskan kedua sepatunya ke tanah. Dia menghela nafas panjang dan dia merasa putus asa. Dia ingin sekali menjadi anak laki-laki yang duduk di taman itu. Dia kemudian menekuk kakinya dan membenamkan kepalanya sambil berdoa. "Tuhan aku ingin seperti anak laki-laki itu, Tuhan, aku ingin memakai sepatu seperti anak laki-laki itu !" Geramnya. Dan .......................
Seperti bermimpi. Edwin tiba-tiba sekarang sudah duduk di bangku taman. Dia memandang dirinya. Menakjubkan. Dia memakai kaos yang sangat nyaman dan celana yang bagus. dia kemudian melihat ke arah kakinya. Hebat ! kakinya nampak berjuntai indah dengan sepatu yang tidak berlobang. dia memakai sepatu putih mewah itu. Edwin tersenyum gembira sekali. Dia puas sekali dengan dirinya.
Baru saja edwin menikmati keadaan dirinya yang berubah itu, Edwin tersentak oleh suara anak laki-laki. Edwin melihat di kejauhan anak laki-laki itu berlarian di atas rerumputan. Horee ! horee ! pekik anak laki-laki itu kegirangan. Yah, dia anak laki-laki yang tadi duduk di bangku taman, sekarang memakai baju dan celana sobek dan dia berlompatan kesana kemari dengan riangnya dengan sepatu yang berlobang ujungnya. "hahaha, terimakasih Tuhan !" ujar bocah laki-laki itu dengan wajah sangat bahagia.
kenapa dia seperti sangat senang dengan sepatu buntut itu. Edwin betul-tetul tidak mengerti.
"Tuan !"
Edwin menoleh ke sampingnya. Seorang wanita berpakaian pelayan memanggilnya. Dia mendorong kursi roda.
"Tuan, sudah saatnya Tuan kembali ke rumah !" kata wanita tua itu sambil berjalan mendekatinya, memandangnya iba dan mengantarkan kursi roda ke arahnya.
Edwin bingung. Dia melihat ke arah kakinya yang susah sekali di gerakkan. Edwin tidak percaya dengan keadaan dirinya dan dia membuka mulutnya, dia ingin berbicara tapi tidak ada suara yang berhasil dia keluarkan. Edwin kemudian didudukkan di kursi roda dan wanita itu mendorong kursi rodanya kembali ke rumahnya
TAMAT
inspirasi video inspirasi..hee.