inspirasi dari BUKU KUMPULAN KARTUN Sergio Aragones (actions speak)
Cerita manis ini dimulai di sebuah hutan, tepatnya saat seekor anak babi berteriak minta, "Toloong
!"
Seekor srigala ganas bin menyeramkan dengan pakaian jas dan memakai topi
tinggi seperti bangsawan inggris berlari mengejar anak babi malang itu. "Mau lari
kemana kau ?" srigala itu terkekeh-kekeh dengan giginya yang seminggu
tidak disikat.
Konon, anak babi malang itu adalah anak babi terpelajar. Dan kronologinya saat pulang dari sekolah dan baru aja mengerjakan
ujian nasional di hutan itu, di jalan seekor srigala menyebalkan sudah menjemputnya. Yah, naas di tengah jalan, srigala itu melakukan penculikan dengan brutal.
Tapi untunglah, babi kecil itu mempunyai kemampuan lari yang tidak bisa dianggap remeh. Dan harusnya srigala sombong itu tidak menganggap remeh. Buktinya srigala itu tertinggal 100 meter dari larinya babi itu.
Babi kecil sampai di rumah langsung mengunci pintu. Rumah babi keci itu sangat sederhana dan bergaya minimalis buanget yaitu dengan bahan dasar Jerami !. Gemetaran dan wajah ketakutan dia mendekap lututnya di pojok ruangan. Gak tahu apa yang harus dilakukannya. Babi yang malang itu konon tinggal sendirian. Sebenanrya dia memiliki dua saudara lagi yang hidup terpisah. Dan di saat genting ini, dia nggak bisa menghubungi kedua saudaranya itu karena pulsa telponnya sudah habis. Dia gak bisa minta bantuan dan memberitahu kondisi dirinya yang terancam nyawanya itu pada kedua saudaranya yang rumahnya berjauhan itu.(huah,.panjang sekali kalimatnya)
Maka daripada itu, singkat cerita seperti layaknya cerita dongeng itu, Srigala itu sudah berdiri di depan rumah jerami dengan pedenya dan berniat merobohkan rumah itu. Srigala ambil ancang-ancang lalu menarik nafas sampai limabelas kali lalu meniup rumah itu. Konstan jerami rumah itu kocar-kacir berterbangan oleh
kedasyatan angin puting beliung tiupan srigala.
Rumah itu ambruk, dan atap jerami beterbaran seperti kapas, dan kepala anak babi malang itu terlhat di sela-sela
tumpukan atap jerami.
Babi itu menelan ludah dan wajahnya sedih bin pucat. "Aku pergi ke
saudara ke satu !" ujar anak babi itu dengan hati dibuat tabah dia segera bangkit dan
lari sekencang-kencangnya.
Srigala itu kembali lari mengejar mangsanya, dan ia dengan sifat lebaynya tertawa terkekeh
seperti orang gila. Satu setengah jam lebih waktu hutan raya, anak babi
itu akhirnya sampai ke rumah saudara ke satu.
Rumah saudara ke satu yang berada di posisi bukit nomer duapuluh itu lebih nyentrik dan elegan karena terbuat dari kayu. Tanpa permisi
dan ketok-ketok pintu, babi kecil itu nyelonong masuk ke dalam rumah dan segera mengunci pintu rumah.
"Kakak ! kakak ! aku dikejar-kejar srigala !" kabar babi tersebut sambil mengguncang-guncang bahu saudaranya.
"Sudah kuduga !" celetuk saudara babi itu dengan wajah menerawang dan serius. "Kenapa tidak
sms aku, tadi !?" ujar babi itu dengan dialog seperti drama televisi. Dan dialog langka ini tidak akan anda jumpai di acara musik Dasyat ataupun di hitam putih Dedy cobbuser. Lalu babi kedua yang nampak lebih tegar dan berani langsung ketakutan ketika mendengar suara srigala di luar. Keduanya pun berangkulan sambil saling melempar wajah ketakutan dan kepanikan luar biasa.
"Keluar !! aku bilang keluar ! baik, aku hitung sampai hitungan ketiga, kalau kalian tidak mau keluar dengan baik-baik , maka rumah ini akan
aku dobrak dengan tiupan dasyatku !" ancam srigala itu yang agaknya mulai capek dan kesal. Dilihat dari gayanya yang sengak itu srigala itu udah merasa kayak polisi menangkap buronan penjahat.
Kedua kaka adik babi itu makin bingung dan pasrah di dalam rumah kayu itu. Akhirnya mereka cuma menunggu nasib dan takdir sambil saling
menggenggam tangan. Dan baru sampai hitungan kesatu, srigala dengan semangat curangnya segera
meniup sekuat tenaga rumah kayu itu.
"Hufffff ! sluuuuff ! sniif sniif "
Dan, rumah itu pun ambruk, kedua babi itu terkejut, dan
kepala mereka terlihat nyembul di antara tumpukan kayu.
"Kyaa,..kita pergi ke saudara kedua, ayo, Kak !" ceplos babi
kesatu yang baru dapat ide itu setelah dalam keadaan gawat dan darurat . Lalu setelah mengelus kepala yang sedikit bonyok mereka pun sepakat untuk pergi melarikan diri ke rumah saudara mereka. Tanpa dikomando, kedua babi itu sikat kilat, lari menuju ke rumah
babi ketiga.
Bedebuk..gedebuk...jepluk..jepluk..pletuk .pletuk..!" bunyi sepatu mereka.
"Meskipun kalian lari, kalian tidak akan bisa lepas dari kejaranku !" gelegar srigala itu sambil lari membuntuti kedua babi malang itu.
"Kamu tidak akan bisa memangsa kami !" balas babi itu. "Rumah saudara kami itu lebih bagus karena terbuat dari batu bata !"
"Ya, dan seperti yang sudah dikatakan oleh peramal, kamu tidak
akan bisa menangkap kami !" tambah babi kedua sambil terus berlari.
"Iya, dan kalau kamu bandel mencoba meniup rumah saudara kami, kamu pasti akan mati kehabisan nafas !" optimis
babi kedua sambil makin cepat berlari. Sekarang dia jadi termotivasi. Dia yakin dan percaya diri akan selamat dari drama penculikan oleh srigala itu. Apalagi setelah melihat bukit nomer tiga puluh di depannya, dan sebentar lagi ia akan sampai di rumah kakaknya.
Dan betul juga, akhirnya setelah mendaki tebing dan terperosok jurang sampai beberapa kali,
kedua babi malang itu sampai di rumah babi ketiga.
"Tolongg kak !! kami dikejar srigala penculik ! buka pintunya !" teriak
dua babi kecil itu dengan wajah panik dan juga kelelahan yang sangadd.
Dan tidak ada jawaban dari rumah yang ternyata oh ternyata belum selesai dibangun itu.
Kedua babi itu tiba-tiba melongo dan kompak tertegun memandang bangunan rumah saudaranya itu.
Sementara srigala itu sudah posisi tepat belakang mereka dan tersenyum meringis.
Kedua babi kecil itu menelan ludah.
Di samping bangunan itu seekor babi saudara mereka sedang memegang batu bata dan cetok. Dan babi tersebut memakai pakaian tukang bangunan. Sementara tak jauh darinya terlihat tumpukan semen dan batu bata.
"Maaf, adik-adikku, rumahku belum jadi, soalnya ada
keterlambatan stok semen di hutan ini ! dan hari ini baru datang semennya."
Rupanya rumah batu bata yang dibayangkan akan menyelamatkan para babi itu belum jadi, dan baru dalam taraf pembuatan . Konstan babi babi itu pun terjungkal pingsan sebelum diapa-apakan sama srigala itu.
Dan adegan CERITA selanjutnya tidak usah KALIAN bayangkan karena udah disensor penulisnya. Yaitu saat srigala itu menangkap babi-babi malang itu untuk dijadikan pembantunya di rumah tanpa digaji.
Sekian dan permisi, eh TAMAT.