CERPEN 5M

hahaha

  • Home
  • Quote gua
  • CERPEN
  • DAFTAR ISI
  • OPINI
  • TENTANG BLOG
Home » Archive for 04/01/2014 - 05/01/2014

Tuesday, 29 April 2014

2 + 2 = 5

Pagi kami sekolah. Ini suasana yang sangat kami inginkan, ngobrol dengan teman yang lain. Riuh, penuh canda dan obrolan , tapi sayang itu hanya sebentar saja. Karena  kelas terlalu meriah, kami tidak mendengar langkah kaki  sepatu Pak Guru. Aku dan Akhmad kaget ketika pintu kelas di buka. Dan spontan kami menghentika suara, dan berdiri tegap. Kami anak kelas lima berseragam celana hitam dan kemeja putih dan berdiri  hormat siap belajar dengan pak Kamal.

Kami segera ingin duduk, tapi pak Kamal tangannya belum mengijinkan, beliau menunjuk ke jam tangannya, dan karena pelajaran harus tepat waktu, dan pak Kamal datang lebih awal. Jam berdetak dan ketika menunjuk jarum jam di angka 12, beliau segera memperingatkan kami untuk mendengarkan ceramah pak kepala lewat pengeras suara.

Selamat pagi, murid-murid. Saya kepala sekolah memberi nasehat agar kalian belajar dengan baik, harus tunduk dengan guru, dan tidak boleh melawan, maka itulah murid yang cerdas, dan sukses untuk kalian semua.

Setelah Pak Kepala mengakhiri pidatonya lewat pengeras suara, kami segera dipersilahkan duduk. Pak Kamal matanya menyelidik, dan tidak memperbolehkan siapapun untuk tidak memperhatikan pelajaran. Kemudian Pak Kamal  memungut kapur putih dan menulis angka.

2 + 2 =  5



kami saling pandang dan tidak percaya dengan yang ditulis Pak Kamal di papan tulis.
"Diam !!"   Suara bentakan Pak Kamal  tersebut langsung meredakan bisik -bisik kami.
Setelah tubuh kami mengkerut. Pak Kamal kembali bersuara. "Dua ditambah Dua sama dengan LIMA. Ingat, Dua ditambah Dua sama dengan ..........." (Pak Kamal memancing kami untuk meneruskan jawaban soal itu)

"IIMA..."   kami menjawab dengan berat.
"Ulanggi sekali lagi. dua ditambah dua sama dengan "
"Lima"
"Yang keras lagi. Dua ditambah dua sama dengan
 "LIMA!"
"ulangi lagi kurang keras !
DUA DITAMBAH DUA SAMA DENGAN LIMA !!


"Maaf, Pak ! bukankah  dua ditambah dua sama dengan empat." Soleh  berdiri dan berbicara dengan gemetar.. Kami pun mengangguk dan mendukung Soleh.
"TIDAK, DUA DITAMBAH DUA SAMA DENGAN LIMA !" terang Pak Kamal dengan tatapan tajam ke arah Sholeh.
"Tapi menurut  pikiran saya,"  kata Soleh terbata. "Dua ditambah dua sama dengan empat !"
"SIAPA SURUH KAMU BERPIKIR ! KAMU TIDAK BOLEH BERPIKIR !"  sentak Pak Kamal. "Sekarang duduk kembali !" perintah Pak Kamal.
"Ya , Pak !" lemah sholeh.
"Sekarang ambil buku catatan kalian dan tulis,"
kami pun segera mengeluarkan buku kami dari dalam laci, dan siap menulis.
Pak Kamal mendikte kami ,  "DUA DITAMBAH DUA SAMA DENGAN LIMA."

"Pak, dua ditambah dua sama dengan empat !" tiba-tiba Akhmad di sebelahku berdiri. Aku kaget sekali. memang dari tadi kulihat Ahmad duduk gelisah dan ingin membantah penjelasan Pak Kamal tadi.
"Pak, dua ditambah dua adalah empat, dan selamanya dua ditambah dua itu empat !"  jelas Akhmad.

Pak Kamal terkejut. Dan emosinya melesat naik. "Siapa yang memberi ijin kamu berbicara, Nak !"
"Tapi, Pak.."
 "Apakah kamu tidak mendengarkan tadi, dua ditambah dua sama dengan lima."  sentak Pak Kamal sambil menunjuk ke papan tulis. "DUA DITAMBAH DUA SAMA DENGAN LIMA, AYO KATAKAN !'
"Tapi Pak, menurut pendapat saya.."  potong  Akhmad. Kami pun menjadi sangat tegang karena Akhamd terus melawan Pak Kamal.
"KATAKAN dua ditambah dua samadengan lima !"  paksa Pak kamal.
tapi Akhmad tidak mau, dia memegang prinsipnya, dia yakin dua ditambah dua itu empat, dia pun ingin menunjukkan nya pada teman-temannya.kalau dia benar.  'DUA DITAMBAH DUA SAMA DENGAN EMPAT !"  Akhmad  menjelaskan  pada teman-temannya dengan memperagakan dua jari kanan dan dua jari kirinya dan digabungkan.
"DIAM !" marah pak Kamal dengan mulut melebar.
"Pak, tapi Pak, Bapak juga pasti tahu dua ditambah dua sama dengan empat !" kilah Akhmad.
"CUKUP, DIAM DI TEMPAT !"  Pak Kamal sudah meledak. dia kemudian keluar dari ruangan kelas memanggil anak kelas tinggi.

Ahmad menyilangkan dua tangannya di belakang pantatnya. Dia siap dengna konsekuensinya. kelas berubah riuh dan menyalahkan Akhmad, aku hanya diam saja.Aku tak berani berbicara, aku takut akan terjadi sesuatu dengan teman baikku itu.
"Akmad ! kenapa kamu melawan Pak Kamal ?" desis  Husen.
Akhmad membungkam saja.
"Pasti Pak Kamal akan membunuh kamu  !"  gertak beberapa teman di kelas.
Akhmad tidak meladeni komentar teman-temannya.
Benar saja, Pak Kamal kembali ke ruangan kelas dengan dikawal tiga orang siswa kelas tinggi dengan  tanda merah di lengan kemeja mereka. Dan mereka menyembunyikan senjata di saku celana.
"Ini, siswa yang ngotot  itu !"  Pak Kamal menunjuk ke arah Akhmad dan memberi keterangan pada tiga siswa SMA itu.
"ya, pak !"  jawab anak sma itu.
 "Lihat, anak-anak kelas rendah, ini siswa kelas atas, mereka akan mengajari kalian cara  melakukan penjumlahan !" lalu Pak Kamal  memerintahkan tiga siswa itu menerangkan penjumlahan yang benar.
'DUA DITAMBAH DUA SAMA DENGAN LIMA !" Kata mereka dengan kompak dan suara mereka seperti suara robot.
"kamu dengar itu Akhmad ? sekarang ..."  Pak Kamal mengambil kapur dan menyodorkannya pada Akmad. " isi  jawaban penjumlahan itu !" Pak Kamal menghapus angka lima dan menawarkan pada Akmad untuk mengisi sesuai keinginanya.
Akmad menelan ludah. Dia melihat ke arah tiga siswa itu yang sekarang  mengambil pistol dan  semua membidik mengarah  kepadanya. "Ini kesempatan terakhirmu, isikan jawaban dari soal tersebut  dan kalau  kamu menjawabnya sesuai keinginanku, kamu  selamat !"  perintah Pak Kamal.

Akmad berpikir, lalu dia tidak punya pilihan lain, tapi dia tetap teguh dengan prinsip dan keyakinannya. Tanpa ragu-ragu dia mengisi jawaban DUA DITAMBAH DUA SAMA DENGAN EMPAT ! ya, Akmad terlanjur  menggerakkan kapurnya dan menarik garis membetuk angak EMPAT bukan LIMA. Tidak bisa dirubah lagi, dan Akmad tidak ingin merubahnya. Setelah menulis jawaban itu,  dia pun berdiri dengan tegap ke arah kami, dan tangannya disilangkan ke belakang.

Pak Kamal  menggeram. Lalu dia memberi tanda pada tiga siswa atas tersebut untuk segera mengeksekusi Akmad lalu sedetik kemudian  darah disertai suara tembakan memekakan telingaku. Aku memejamkan mata tidak ingin melihat Akhamd yang terkapar di lantai kelas. Kami semua takut.

"Lihat,  itu pelajaran bagi kalian yang  berani membantah pelajaranku  "  koar Pak Kamal dengan tatapan tajam dan menyuruh kami menatapnya. "Lihat ke arahku !"  sergahnya kepadaku. Aku meringis ngeri bercampur sedih. Dan segera mengambil sikap tunduk pada guru itu.

Pak Kamal kemudian memberi komando pada siswa kelas atas untuk membawa keluar mayat Akmad. Siswa tersebut segera keluar kelas sambil mengotong tubuh Akmad. Kemudian dengan tenang Pak Kamal melanjutkan pelajaran seolah tidak terjadi sesuatu insiden. Kami  harus mengikuti pelajaran tapi masih terbayang peristiwa tadi.

Aku masih melihat percikan darah Akmad di papan tulis hitam itu. lalu Pak Kamal mengambil penghapus dan menghapus jawaban soal Akmad dengan cepat, dan debu kapur bercampur tetesan darah itu menempel di angka empat di papan tulis. Lalu Pak Kamal menghapusnya dan menulis DUA DITAMBAH DUA SAMA DENGAN LIMA.

"Sekarang buka buku kalian dan catat , dua ditambah dua samadengan lima," perintahnya dengan enteng.
" ulangi lagi, dua ditambah dua sama dengan"
"lima,"
"ulangi lagi, dua ditambah dua sama dengan li.."
"lima !'
"Ulangi !"
"dua ditambah dua sama dengan lima"
"kurang keras lagi..!!!!.DUA DITAMBAH DUA SAMA DENGAN.."
"LIMA..!!!!"

Lalu kami mencatat penjumlahan tersebut. Aku pun menulis dengan kepala campur aduk. Antara kesal, sedih, tidak bahagia, tertekan. Ingin sekali aku memberontak. Tapi aku tidak seberani Akmad. Aku pikir temanku itu benar, ya jawaban akhmad itu yang benar. DUA DITAMBAH DUA SAMA DENGAN EMPAT ! tapi kami hanya murid, aku harus menulis sesuai perintah Pak Kamal. Pak Kamal bilang dua ditambah dua itu lima. Aku harus menulis itu atau kami dibunuh . Perlahan keringat menetes di dahiku, aku tiba-tiba mencoret angka lima itu dan menggantinya menjadi ANGKA EMPAT.


tamat.
(disadur dan dioplos dari video film pendek nominated a best short film of 2012 bafta film award)



Friday, 25 April 2014

Hanya Bisa Menulis saja

"sial ada lobang di jalan !" teriakku sambil membelokkan setang sepeda. Terlambat sedikit saja aku tadi bisa terjun bebas ke lubang sedalam setengah meter di tengah jalan. Mungkin kalau tidak terjatuh, bisa saja otakku akan terantuk dengan hebatnya. Pasti bahaya sekali kalau malam hari lewat di sini, sial kenapa tidak ada kepedulian pemerintah kota untuk segera menambal jalan berlubang itu. Kenapa tidak ada orang yang peduli ????" teriakku dalam hati. bahkan diriku tidak bisa menolong. dan tergerak untuk mengambil pasir ataupun apa kek, agar lubang di jalan itu tidak memakan korban. Aku terus meninggalkan jalan berlubang itu dengan santai, seperti orang-orang itu. Terus melaju dan seperti tidak akan terjadi apa-apa. Aku hanya bisa menulis. Tak bisa menolong. Bahkan orang buta saja bisa berbuat sesuatu. Tapi aku tidak, aku hanya bisa menulis dan berpikir saja.

Friday, 18 April 2014

AKU INGIN SEPATUMU

cerpen motivasi

Anak laki-laki itu berjalan menunduk, dia mencoba menghalau suara-suara orang yang mengejeknya.
"Sepatunya hahaha !"
"LIhat, sepatunya berlobang semua !"   
Setiap orang yang melihat ke arah kakinya, pasti tersenyum dan tak tahan untuk berkomentar tentang sepatunya.

Edwin merengut, Dia berjalan dan memandang sepatunya. Jelek memang, hingga jempol kakinya pun kelihatan, Tidak pantas menjadi sepatu, tapi aku tidak punya yang lain. Umpat  Edwin.

Lalu Edwin  berhenti  dan berdiri di tengah jembatan. Dan memandang ke aliran air. Ingin rasanya dia menceburkan diri ke air itu. Dia melihat bayangan dirinya di air jernih itu. Celananya yang  semata kaki  robek di sana sini dan bajunya yang kucel. Sial kenapa aku dilahirkan menjadi anak miskin. Ujarnya. Dia kemudian berjalan lagi dengan lunglai dan  wajah masam. 

Dia berhenti ketika melihat seorang anak laki-laki sedang duduk sendirian di bangku taman. Anak laki-laki seumur dirinya . Pasti dia anak orang kaya dan sepatunya  bagus sekali. Kata Edwin dalam hati. Mereka saling pandang dengan heran. Karena lelah berjalan, Edwin duduk di sebelah anak laki-laki itu. 

Kamu pasti mau mengejek sepatuku kan, ayo katakan saja ! batin Edwin  kesal. Dia melirik  ke sepatu anak laki-laki itu. Dia ingin sekali memiliki sepatu seperti itu. Pasti bahagia  sekali dirinya kalau memakai sepatu seperti itu dan   tidak ada yang mencemoohnya. Anak laki-laki di sebelahnya kemudian tersenyum pada Edwin dan melambaikan tangan ke arahnya. 

sok ramah,  Edwin mendengus  kesal  pada anak laki-laki itu lalu dia bangkit berdiri dari bangku taman, dan bergegas melangkah pergi dari tempat itu.

Edwin  kembali berhenti dan duduk di rerumputan di bawah pohon rindang. Dia kesal. Dia lelah. Dia kemudian mencopot sepatunya, dan dia menelusupkan tanganya ke dalam sepatu itu dan sepatu itu dimainkannya menjadi boneka yang mempunyi mulut besar.
"Tuhan tidak adil ! kenapa aku dilahirkan seperti ini !" kata sepatu yang kanan
"Betul, tidak ingin menjadi seperti ini !" jawab sepatu yang kiri
"mereka tidak tahu rasanya memiliki sepatu yang jelek !" timpal sepatu yang kanan lagi.

Edwin kemudian menghempaskan kedua sepatunya ke tanah. Dia menghela nafas panjang dan dia merasa putus asa.  Dia ingin sekali menjadi anak laki-laki yang duduk di taman itu. Dia kemudian menekuk kakinya dan membenamkan kepalanya  sambil berdoa. "Tuhan aku ingin seperti anak laki-laki itu, Tuhan, aku ingin memakai sepatu seperti anak laki-laki itu !" Geramnya. Dan .......................

Seperti bermimpi. Edwin tiba-tiba sekarang sudah duduk di bangku taman. Dia memandang dirinya. Menakjubkan. Dia memakai kaos yang sangat nyaman dan celana yang bagus. dia kemudian melihat ke arah kakinya. Hebat ! kakinya nampak berjuntai indah dengan sepatu  yang tidak berlobang. dia memakai sepatu putih mewah itu. Edwin tersenyum  gembira sekali. Dia puas sekali dengan dirinya.
Baru saja edwin menikmati keadaan dirinya yang berubah itu, Edwin tersentak oleh suara anak laki-laki. Edwin melihat  di kejauhan anak laki-laki itu berlarian di atas rerumputan. Horee ! horee ! pekik anak laki-laki  itu kegirangan. Yah, dia anak laki-laki yang tadi  duduk di bangku taman, sekarang  memakai baju dan celana sobek dan dia berlompatan kesana kemari dengan riangnya dengan sepatu yang berlobang ujungnya. "hahaha, terimakasih Tuhan !" ujar bocah laki-laki itu dengan wajah sangat bahagia.

 kenapa dia seperti sangat senang dengan sepatu buntut itu. Edwin betul-tetul tidak mengerti.
"Tuan !"
Edwin  menoleh ke sampingnya. Seorang wanita  berpakaian pelayan memanggilnya. Dia mendorong kursi roda.
"Tuan, sudah saatnya Tuan kembali ke rumah  !" kata  wanita tua  itu sambil  berjalan mendekatinya, memandangnya iba dan mengantarkan kursi roda ke arahnya.
Edwin bingung. Dia melihat ke arah kakinya yang susah sekali di gerakkan. Edwin tidak percaya dengan keadaan dirinya dan dia membuka mulutnya, dia  ingin berbicara tapi tidak ada  suara yang berhasil dia keluarkan. Edwin kemudian didudukkan di kursi roda dan   wanita itu mendorong kursi rodanya kembali ke rumahnya


TAMAT 
inspirasi video inspirasi..hee.
Newer Posts Older Posts Home
Subscribe to: Posts (Atom)

Entri Populer

  • CERITA ABADI
  • KARENA WAJAH KITA TAK SAMA

Blog Archive

  • ►  2015 (35)
    • ►  October (1)
    • ►  September (3)
    • ►  August (4)
    • ►  July (23)
    • ►  May (2)
    • ►  January (2)
  • ▼  2014 (94)
    • ►  December (8)
    • ►  November (6)
    • ►  October (12)
    • ►  September (5)
    • ►  August (6)
    • ►  July (12)
    • ►  June (9)
    • ►  May (7)
    • ▼  April (3)
      • 2 + 2 = 5
      • Hanya Bisa Menulis saja
      • AKU INGIN SEPATUMU
    • ►  February (12)
    • ►  January (14)
  • ►  2013 (29)
    • ►  December (16)
    • ►  November (8)
    • ►  September (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2012 (25)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ►  September (4)
    • ►  August (3)
    • ►  July (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (9)
  • ►  2011 (13)
    • ►  December (1)
    • ►  November (3)
    • ►  October (3)
    • ►  September (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  January (1)
Betapa mudah dan tak sadar menjadi sombong dan tidak iklas dalam beramal (kata mutiara)

Powered by Blogger.
Copyright 2013 CERPEN 5M - All Rights Reserved
Template by Mas Sugeng - Powered by Blogger