ilustrasi foto : anak-anak palestina
Kafa ya namaku Kafa,
anak bandel begitulah anak-anak di kampung di pinggiran danau ini
memanggilku.
Sebenarnya mereka terpaksa memanggil aku. Sering mereka memanggil aku tepatnya
menjerit padaku karena sandal mereka hilang. Sebenarnya aku hanya iseng aja,
aku akan ketawa ngakak, kalau Siti , Zahro, bahkan si kecil Tahul dan Nisa,
adalah langgananku. Maksudnya, sandal mereka akan aku sembunyikan sepulang dari
mengaji, jadi mereka akan kelabakan mencari sandal tersebut, lalu aku akan
tertawa terkekeh-kekeh di balik rimbunan pohon kalau mereka pulang dengan
sandal satu saja.
Aku tertegun, senja sudah merekah di balik gunung. Sebentar lagi adzan magrib
bergema, aku sudah memakai sarung dan peci lusuhku, aku pamit pada ibuku, aku
akan pergi mengaji. Aku mengaji di rumah Pak Kasiman. Yah, Kyai yang menguasai
eh yang menjaga surau kecil di kampung kami.
Aku berjalan bersama Rafi.
“Pasti beres Raf, aku akan dapatkan sandal Zahro, aku akan menyembunyikan di
dekat tumbuhan pagar pasti tak ketahuan,”
“Tapi kemarin Zahro menangis dan melapor pada pak kyai,..”
Aku hanya senyum senyum dan geleng-geleng kepala. Aku yakin nanti pasti
aksiku akan berhasil dengan sukses.
Setelah sholat berjamaah di surau itu, kami melangkah ke rumah pak kyai. Rumah
pak kyai dekat surau kecil kami. Karena pak kyai sedang sibuk di surau, kali
ini yang mengajari kami ngaji adalah Kak Salma. Kak Salma itu putrinya
Pak Kyai.
Setelah menghafal juz amma, dan
lagi-lagi aku menghilang dengan pelan-pelan dari deretan anak anak di kampung
kami itu.
Aku memilih duduk-duduk di depan surau. Hari ini Zahro tidak kelhatan mengaji.
Tapi itu tidak masalah, masih ada Siti, Nisa, Sukna, Tahul, Akbar, aku bisa
ngambil sandal mereka. Masih ada anak besar di depan rumah Pak Kyai yang sedang
mendengarkan pengajian, lebih baik aku menunggu mereka itu pergi. Aku
Sambil kipas-kipas dengan peci, aku menunggu saat yang tepat untuk menyembunyikan
sandal teman-temanku, kudengar pak kyai sedang memberikan ceramahnya. Hari ini
banyak juga yang sholat di surau, mungkin karena malam jumat. Bapak-bapak duduk
dengan khidmat mendengarkan suara pak kyai.
“Iklas, manusia itu bisa tidak berguna, dia punya ilmu dia pintar semua
itu akan berguna kalau mengamalkannya, tapi meskipun dia
mengamalannya tapi tidak iklas maka semua itu tidak berguna, “
“Kunci hidup itu adalah sabar, syukur, kalau kita bersyukur maka nikmat akan
digandakan, tawadhu, banyak memuji Allah, qonaah apa adanya, dapat rezeki
sedikit dinikmati, tapi kadang-kadang manusia diberi sedikit kurang, diberi
banyak tidak bisa ngerawat, maunya ngerebut yang lain, itu tidak baik.
“Amanah, maka akan jadi sakinah mawadah waromah, amal zyukur dengan cara lewat
ucapan, amaliah, tingkah lakunya, hati yang baik, jangan berprasangka keburukan
orang lain, yang terakhir syukur lewat harta benda berikanlah harta kita pada
yang butuh,”
Aku terkantuk-kantuk kenapa suara pak kyai seperti sirep tidur dan aku
lupa dengan aksiku, sampai akhirnya aku tidak tahu kalau pengajian hari jumat
sudah berakhir, dan aku meringis, seseorang menjewer kupingku.
“Auuuh..aduhh ampuun !” erangku, aku mendongak dan melihat wajah Kak
Salma sangat marah padaku.
“Kafa, besok sandal temanmu gantilah dengan yang baru, atau perbuatanmu aku
laporkan ke ibumu..”
Aku mendongak. “Jangan kak, jangan laporkan ke ibu,” ujarku sambil merengek.
Tentu saja aku akan dilaporkan ke ibu, karena aku tidak mungkin punya uang
untuk mengganti sandal yang sudah kusembunyikan.
“Ya, udah, kalau tidak bisa, besok ,kamu minta maaf sama Zahro dan sama
teman-temanmu, dengar gara-gara kelakuanmu Zahro gak mau mengaji ! dan .....”
Dan selajutnya Kak salma menyeret tanganku dan aku diberikan kalimat-kalimat
panjang yang tidak aku mengerti. Intinya aku harus bertaubat, dan juga tidak
boleh berbuat iseng lagi dan juga aku akan mendapat hukuman, mungkin menghafal beberapa
sholawat yang panjang panjang.
Tamat.
18.57
Tag
kumpulan cerpen religi,
kumpulan cerpen religi online,
kumpulan cerpen cerpen,
cerpen judul pencuri sandal jepit