Sudah berapa tahun aku di sini, aku
si kecil berambut merah dengan celana kusam dan topi pantai, orang-orang
memanggilku, si pedagang es buah yang rupawan, entahlah mungkin mereka
hanya menghiburku, sebenarnya aku cukup bersedih, sekolah dasar tidak selesai,
dan aku harus membantu ibuku mencari uang dengan berdagang di pinggir pantai
ini.
Aku memperhatikan gerak gerik wanita
itu, berambut sebahu dengan topi pandan, dan ia berjalan melewati gerobak
daganganku, ia sendirian tapi wajahnya tidak merasa sendirian, ia mendekati
ombak yang menghempas dan kemudian riaknya menjilati tumitnya yang putih
bersih. Wanita itu melonjak kegirangan dan berteriak bersama dengan ratusan
pengunjung pantai itu. Yah mereka begitu bahagia bermain dengan ombak itu.
Aku mengerutkan alisku, bibirku
melengkung ke bawah. Aku mendesah beberapa kali. Matahari yang menyengat siang
itu tidak membuatku nyaman. Rasanya aku ingin menjadi seperti mereka.
Kenapa aku tidak bahagia. Aku si
pedagang es buah yang rupawan. Aku terkejut sesuatu jatuh dari kantong tas
wanita itu, sebuah kertas segi empat, kertas itu terbawa angin dan
menggelinding dan berhenti tak jauh dari kakiku, aku langsung memungut kertas
itu, dan aku membaca tulisan ketikan dengan huruf besar di kertas itu.
Aku akan selalu mencari kebahagiaan
dengan melakukan kebaikan dan keceriaan, bukan hal-hal sedih dan bermurung
durja yang aku butuhkan.
Aku tidak mengerti dengan kalimat
itu, dan tidak mau mengerti itu. Aku mendongakkan kepala dan mencari sosok
wanita itu. Wanita itu sudah berjalan ke utara. Ia melangkah ringan dan riang.
Aku pun berlari mengejar wanita muda itu.
“Mbak..eh ibu..eh mbak..tunggu..!”
Wanita itu menengok dan ia
membungkuk untuk mengimbangi tubuhku yang pendek. “Ada apa dik ?”
senyumnya.
“Ada yang jatuh dari tas mbak, ehmm
mungkin ini berguna,” kataku sambil menunduk. Aku merasa berhadapan
dengan orang yang terhormat.
“Hei, benar, ini sangat berharga
bagiku,” wanita itu menyambar kertas yang kusodorkan itu. Ia
nampak takjub menatap ke arahku. “Terimakasih dik, untung kamu menemukan kartu
ini !”
“Tapi itu hanya kartu ..?”
“tapi kartu ini sangat penting,
kartu ini adalah pengingat ku, kartu ini kartu ajaib, setiap kali aku membaca
kalimat ini aku harus menjadi ceria,”
Wanita itu mengeluarkan dompet dari
tasnya. Dan hendak memberikan beberapa lembar uang padaku. Aku bergegas
menolaknya.
“Tak perlu mbak,” aku
menunduk, wajahku masih muram, aku membalikan badan dan hendak kembali ke
gerobak es buahku.
Wanita itu kemudian mengejarku, “ya
sudah kalau kamu tak mau uang sebagai tanda terimakasihku, eh aku kasih kau
kartu ini saja buat kamu, ini kartu ajaib peninggalan orang tuaku, hemm, di
rumah sebenarnya aku masih punya banyak, “
Aku pun menunduk. Dan berterima
kasih dengan kartu itu. Aku menyimpannya di kantong bajuku. “apakah kartu ini
bisa membuat bahagia,” dengungku.
Wanita itu tersenyum dan mengangguk.
Heem.
Kemudian kami berpisah. Setelah itu
aku tidak bertemu dengan wanita itu. Aku tidak mengerti arti tulisan dari kartu
itu. Paling tidak aku percaya kartu itu adalah kartu ajaib, ia bikin aku
bahagia, dan kartu itu adalah pengingatku agar selalu ceria, nyatanya aku
sekarang tersenyum melayani orang-orang yang membeli es buahku di pantai itu.
tag
pengingat ajaib
kumpulan cerpen online judul kartu pengingat ajaib
cerpen judul kartu pengingat ajaib