Angin bertiup semilir. Bukit dengan pepohonan
lebat itu nampak sepi. Sungguh sepi,
sampai-sampai penampakan (eh) kedatangan
Bawang Hitam tidak berarti apa-apa buat bukit itu. Wajah gadis dengan rambut
panjang dikucir, kulit hitam dan memakai seragam SMA itu sungguh mengenaskan.
Dalam arti, tidak ada senyuman di mukanya yang sebenarnya manis kalau dilihat
dari jarak...titik titik (isi sendiri ya). Bawang hitam memilih tempat
strategis buat menyepi.
“Ya,
Tuhan, kalau ada tempat atau dunia lain selain dunia ini, gue ingin nyebur ke
sana saja deh, !” guman bawang hitam. Ia
selonjor di bawah pohon kelapa. Kakinya lalu ditekuk, dan dagunya dibenamkan di
antara lututnya. Matanya nanar, dan pikirannya menerawang dan berloncatan ke
mana-mana, antara lain ke dimensi dia waktu sengsara.
Ya,
kenapa sih dunia ini begitu menyebalkan. Pertama dia anak tiri yang punya
tanggungan adik-adik yang banyak. Adiknya ada lima (aduh, ini mah penampungan
panti asuhan), yang kedua kenapa harus ada UJIAN NASIONAL..terus, kenapa sejak
lahir serasa dia adalah ROBOT. Yah, sejak coer dari sekarang. Dia harus nurut,
ini itu, harus pakai seragam, harus
bicara yang manis, harus berangkat sekolah jam enam, harus tidak boleh
telat. Tidak boleh membantah guru. harus taat pada peraturan. Harus ikut sama KUNYIT.
Yah, siapa yang tidak tahu Kunyit n the geng. Kunyit itu adalah bule perancis
yang suka membullynya. Dia, bilang dirinya adalah tidak level, mereka bilang
dirinya ANEH, MASUK AJA KE SUMUR LU...~!
kata teman-teman kelasnya. Yah, di sekolah tidak ada yang mau berteman
dengannya, karena dia HITAM, KERE, JELEK, DAN ANEH. DIA tidak boleh masuk ke kelas, harus pergi
dari sekolah itu, kalau tidak NURUT sama dia, semua-muanya, sampai kaos Kaki, rok, blouse harus seperti dia. Bahkan tidak
boleh MEMBANTAH apapun.
Dan sayangnya, Kunyit seperti mendapat dukungan pihak
sekolah yang seolah tidak mau tahu, dan juga ia adalah penguasa. Terus sampai
di rumah, dia harus jadi babu dan lebih kejamnya dia merasa menjadi budak. Dia
tidak ngepel satu hari saja, karena sakit, dia dibilang pemalas ! gak tanggung
jawab sama adik-adiknya ! padahal dia sungguh meriang waktu itu, kepala pusing
dan serasa mau pingsan, tapi Kakak seniornya bilang dia itu hanya cari alasan
saja. HAH, benar-benar dia menjadi BUDAK di rumah itu. dan di sekolah dia
adalah SAMPAH. Kenapa semua orang berpikir negatif dan juga menekannya, apakah
semua orang seperti itu.
Kalau
begitu, dia tidak punya tempat berlabuh. Mending dia gak ada di dunia aja, itu
lebih baik. Bawang Hitam tergugah dari lamunannya, ketika ada yang
menarik-narik rambutnya. Ia menoleh dia melihat anak kecil laki-laki , wajahnya
kucel dekil, rambutnya seperti tidak pernah keramas. Bahi (bawang hitam) mulai waspada. Dia pikir orang itu
adalah gelandangan gila ternyata dia adalah Wawan, adik tirinya.
“Kak,
Kakak? ngapain sendirian di sini ?
kayaknya Kakak sedih banget ?” tanya Wawan
sambil nyengir.
“Idih, ngapain juga nyusul gue,gue ini sedang mencari ilham tahu !” bohong Bahi.
“Eh,
Kak, tahu Kak, wakut kemarin aku main petak umpet di rumah kita, aku menemukan
tempat yang asik banget, yok ke sana !” Wawan
tanpa menunggu jawaban dari Bahi, langsung menyeret tangan Bahi. Dan dia diajak
pulang ke rumah. Lalu Wawan mengajaknya masuk ke lemari.
“Gendeng apa lu, masak gue disuruh masuk ke dalam ?”
“Tenang, pasti Kakak akan betah di sana, kalau aku sumpek, aku juga
ngadem di sana !” senyum Wawan, sambil
terus mendorong pinggang Bahi. Akhirnya Bahi terjatuh ke lemari, tapi, dia
kaget, dia menjerit. Dia ternyata jatuh di tanah yang dingin. Dan dia menjerit
! dia gelagepan. Kulit nya terasa dingin tapi lembut, yah ia seperti jatuh di
tumpukan es krim.
“Wan,
ini es krim putih ?” Bahi masih tidak
percaya. Bagaimana mungkin di balik lemari tua ibu tiri ada sebuah dunia. Dunia
yang lain.
“Bukan,
Kak ! ini salju , ini Nardia !” kata Wawan
sok tahu.
“Narnia
apa Nardia ?” rupanya Bahi tidak tahu apa itu Nardia.
“Tuh,
lihat papan nama itu, Kaka ?!” tunjuk Wawan
pada papan kayu di dekat tiang lampu
lentera. Papan itu bertuliskan. SELAMAT
DATANG DI NEGERI NARDIA. NEGERI
TERCANTIK DIMANAPUN KALIAN BERADA !
Waah
! Bahi terperangah sampai ngeces saking takjubnya melihat keindahan negeri Nardia.
Hamparan Bukit putih, dan juga tanaman yang tertutupi salju dan juga daun
meranggas yang seperti kemilau mutiara diterpa sorot ngirit matahari.
“Yok
main lempar salju, Wan ?” kata Bahi yang
mulai kumat gilanya. Ia yang sedang
sumpek pun seperti mendapat cahaya. Ia pun berlompatan kegirangan. Ia serasa
jadi anak berumur lima tahun. Lalu ia meraup es salju dan dilemparkan ke Wawan.
Wawan pun senang. Ia gantian mengambil bola salju dan melemparkan tepat ke wajah Bahi.
Mereka
berlari-larian kesana kemari dan senang-banget. Mereka lalu main perosotan di
bukit salju itu. meskipun salju, tapi tidak begitu dingin mengiggit. Memang
aneh, negeri Nardia. Tapi kegembiraan itu hanya berlangsung beberapa menit
saja, ketika muncul kereta salju dan ratu penyihir datang.
“lihat
! ada manusia ! ayo tangkap mereka !!” teriak wanita dengan rambut emas dan
kusirnya adalah orang cebol itu.
“Kita
buat mereka sebagai kekorbanan di
upacara !!” kata orang cebol itu
kegirangan.
Dan dari balik pepohonan pun muncul manusia
setengah kambing. Mereka membawa tombak. Dan muka mereka bengis.
“lagi
lagi Ada perusuh , kami tidak ingin tempat kami dijadikan tempat pembuatan film
! tahu tidak tempat kami jadi rusak dan
kami tidak diberikan kompensasi !”
teriak raja Nardia, si singa itu.
Bahi
pun ketkautan bagaimana mahluk itu bisa bicara. Lalu dia menyeret tangan Wawan
yang masih melongo. Dia pun lari sekencang-kencangnya. Mahluk negeri Nardia
mengerjarnya.
“Tolooong !” teriak Bawang Hitam sambil lari terbirit-birit.
“Kak,
kita minta bantuan ke polisi !!”
ribut Wawan di belakang Bahi.
“Gue nggak
tahu kantor polisi Nardia dimaana !~!”
ketus Bahi sambil terus berlari.
“Telpon
polisi aja..!” perintah Wawan panik. lemparan tombak terdengar berdesing di
kanan kiri kupingnya.
“Gak
tahu nomer polisinya, tauu !” Bahi
menjerit hampir saja rambutnya terkena lemparan panah api, dia kesal pada
Wawan karena dalam keadaan genting masih
aja Wawan cerewet.
“Bikin
status fb Kak..!!..cepat kak !!! bilang kita sedang dikejar penyihir jahat !
siapa tahu ada yang kasih komentar.” Kata Wawan yang mulai tidak nyambung.
Bahi
tidak menjawab. Dia terus saja berlari melewati belukar pepohonan dan juga
bongkahan salju. Dia menoleh ke belakang, mahluk-mahluk Nardia masih
mengejarnya.
“Kak,
tunggu aku..!!” teriak Wawan di belakang Bahi.
dan untunglah Bahi pernah menjuarai lari
maraton antar RT. Jadi tidak sia-sia dia bisa berlari kencang, dan tahu-tahu
sudah sampai di dekat lobang lemari dan dia pun masuk dan lalu menutup pintu
itu. Masih terdengar teriakan-teriakan menakutkan dari negeri Nardia. Bahkan pintu lemari itu bergerak-gerak. Tapi
alhamdulilah tidak bisa dibuka oleh mereka.
“Huuf
untung kita selamat !” kata Bahi sambil jatuh melorot di tembok dan mengelus
dada. Wawan pun jatuh terguling-guling. Mukanya tak kalah pucat.
“Maafkan
aku Kak, aku gak nyangka ada mahluk mengerikan di sana !’ Wawan mulai menangis. Bahi pun memeluknya. Dia
merasa anak kucel itu sudah berusaha untuk menghiburnya dan tahu kalau dia
sedih. Ternyata di dunia ini masih ada orang baik sepreti Wawan, meskipun
usahanya membawanya ke dunia lain sungguh kacau balau.
“Terimakasih Wawan !”kata Bahi.
“Untuk apa Kak ?”
“Ada deh !” Bahi pun tersenyum. Dia lalu
mengajak Wawan berdiri. Dia merasa lebih kuat sekarang.
Ternyata dunia
tempatnya hidup masih cukup menyenangkan di bandingkan tempat di balik lemari
itu. Hihi...dan dia pun tidak ingin lari dari kenyataan dan pergi ke negeri Nardia.
Cukup dia akan berani hadapi si KUNYIT dan juga DUNIA INI. APAPUN BENTUKNYA.
Dia berdoa semoga Tuhan menguatkannya.
Dan DIA TIDAK INGIN PERGI KE NARDIA LAGI MESKIPUN DIPAKSA BAHKAN DIA
wanti-wanti ke Wawan jangan iseng pergi ke negeri di balik lemari. Dia tidak
mau berjuang membantu keluar dari sana.
Dan ternyata Wawan patuh, dan yang
jelas karena konon negeri Nardia sekarang pelit. Negeri itu tidak mau menerima
orang asing lagi. Mereka menganggap manusia itu berbahaya. Tidak boleh ada
turis ataupun orang yang bisa ke sana. Menurut orang-orang, para penyihir sudah mempasword negeri itu
sehingga setiap kali Wawan atau Bahi kepincut
ingin ke sana, ketika ia masuk ke
lemari pakaian ibu tirinya, mereka tidak menemukan negeri salju dan bongkahan
batu biru itu , yang ada cuma tikus dan juga pakaian yang bau apek.
Tamat.
Tag
CERITA LUCU DAN PARODI FILM,
CERITA PLESETAN FILM,
cerpen parodi dan plesetan film
, cerpen online humor parodi film,
cerpen gokil judul gara-gara pergi ke nardia