ini ceritanya ambil dari sudut pandang berbeda..
Siti bocah kecil itu tertunduk, ia tidak berani menatap
wajah ibunya. Angin semilir menghantam rumah semen yang sebagian
dindingnya udah kroak. Tapi ia penasaran dengan tanggapan ibunya jadi
dia menguatkan hati untuk mengangkat kepala dan menatap wajah ibunya. Ia
tercengang. Ia melihat ibu menyunggingkan senyum. Ibu mendengar
ceritanya sambil tangannya sibuk membuat kue lemper.
“Bunda aku tidak lulus,” serak Siti lagi. Sekarang
suaranya diperkeras. Ia yakin ibunya tadi tidak mendengarnya.
“Iya, ibu dengar kok,” mesem ibu.
“Ibu, ibu kok tidak marah, ibu tidak terlihat sedih,
Siti tidak lulus Bu, ini masalah besar !” keluh Siti. Ia merasa bodoh
banget. Dari 30 anak di kelasnya hanya dia yang dinyatakan mendapat
nilai diluar standar.
“Gak apa-apa kok Siti, itu bukan masalah besar, “
“Maksud ibu ?” siti natap wajah ibunya gak ngerti.
“Siti, kalau siti hari ini sedang diuber-uber penjahat dan akan dibunuh itu baru masalah besar,” kata ibu.
“Ah, ibu tidak serius.” Siti menghela nafas panjang.
Tangannya di atas lututnya menopang dagunya. Ia merengut sambil terus
menatap ibunya yang sibuk bekerja itu.
“Ibu tiga rius, kalau kamu tidak lulus, nanti kamu kan
bisa daftar tuh sekolah yang paket-paket itu gak masalah kan, atau ikut
ujian ulangan.”
“Yah, ibu, kalau nanti siti gak lulus lagi,..apa iya harus diulang berkali-kali ujiannya,”
“Hihi,...ya gak masalah meskipun kelak kamu di SMA tidak lulus-lulus juga tidak masalah bagi ibu,..”
“tapi apakah ibu tidak malu, siti anak ibu Rodiyah , tidak lulus, anak bodoh,..siti anak bodoh ibu..”
Ibu tertegun. Ia menghentikan membungkus nasi dengan
daun pisang. Tangannya bergerak ke atas mengelus kepala siti. “Siti kamu
itu tidak bodoh, hanya lambat, dan kamu punya bakat di bidang lain,
sayang di sekolah kebanyakan yang dinilai adalah nilai akademik. Siti,
ibu tidak malu sama siti, selama siti masih rajin sholat lima waktu,
selama siti berbakti sama ibu, selama siti dengan senang hati membantu
ibu jualan kue, ibu bangga sama kamu siti..”
Siti tak tahan untuk tidak menangis. Dari tadi ia
berusaha tegar untuk tidak menangis di hadapan ibunya. Ia malu untuk
menangis di hadapan ibunya. Tapi sekarang air matanya jatuh menetes
tidak terbendung lagi. Ia terharu dengan kata-kata ibunya tadi, ia sibuk
menghapus ingusnya dengan kerah baju terusannya yang lusuh. Ia menangis
tergugu.
“Siti nilai ujian yang baik tidak menjamin kehidupan
seseorang bisa menarik. Banyak orang yang nilainya jeblok di sekolah
ternyata jadi kaya dan sukses, bukan karena nilainya saat lulus, tetapi
karena imajinasi mereka. nilai yang rendah memang bisa mengajari kita
sesuatu, Jadi agar Siti sukses dalam kegagalan, Siti harus menganggap
situasi kegagalan sebagai tempat yang baik untuk memulai. Siti tidak
lulus ujian bagi ibu itu juga prestasi, nilai tertinggi atau terendah
boleh kok dipuji,” guman ibu sambil menyunggingkan senyum. Wajahnya
penuh kelembutan.
Tubuh Siti bergetar. Ia merenungi kata-kata ibunya itu.
Mendengar kata-kata ibunya ia merasa mendapat air yang sangat sejuk
banget . Tiba-tiba Siti tersenyum. Ia memeluk ibunya. Erat banget.
ibunya sampai tidak bisa bernafas. “Terimakasih
ibu,.terimakasih...sekarang siti tidak sedih lagi..”
Siti kemudian bangkit. Ia mengambil kue lemper yang
sudah matang, dan ia masukkan ke keranjang dan ia pamit mencium punggung
tangan ibunya. Ia berlari keluar rumah. Ibunya berdiri memandang siti
dan merasa heran. Secepat itu siti kembali bangkit dari keputus asaan.
Siti memakai sandal jepit dan mulai menjajagan kue lemper di sepanjang
jalan. “Kue..kue..!” teriak siti dengan penuh semangat.
Ia bertekad hari ini akan mendapat uang banyak dari
jualan kue. Yah, ia sekarang memang tidak lulus ujian. Tapi siapa tahu
kelak dia besok jadi pengusaha kue. Siapa tahu. Yang penting ia tidak
menyerah. Mungkin nanti banyak yang mengejeknya tapi ia tidak peduli,
ia akan menerima dengan iklas hati. Mungkin nanti teman-temannya
bertanya dan mengejeknya kenapa ia tidak lulus ujian. Ia tidak akan
sakit hati apalagi bunuh diri. Hanya tidak lulus ujian. Ibu membuatnya
tegar. Terimakasih bunda, engkau menyayangiku tanpa syarat apapun. Bunda
semoga Allah selalu menyayangimu. (tamat)
Inspirasi dari buku whatever you think, think the opposite
tag:
kumpulan cerpen online, judul bunda aku tidak lulus ujian,
kumpulan cerpen motivasi judul bunda aku tidak lulus ujian