Yah, hanyut ! gue menjerit. Hp langsung gue lempar di tepi sungai.
Gak gue pedulikan teriakan kunyit di seberang telpon. Gue harus segera
menyelamatkan itu pakaian.
Gue mati. Mati gue. Gue gak nyangka, gara-gara keasikan main hp sama geng gue. Pakaian mami tiri jadi keseret air sungai deh.
Waduh, gimana ini. Gue lalu jingkrak-jingkrak eh salah mencoba
mengejar pakaian penuh mute kuning itu. dan usaha gue mengail dengan
ranting pun gagal, pakaian itu sudah dadah ngebut lenyap dibawa lari
gemericik air sungai.
Huh, kasihan mami tiri kalo gini, hiks. Gue akhirnya nyerah dan
hanya bisa duduk melamun di tepi sugnai denan penyesalan yang sedalam
sumur.
Gue nyesel kenapa gue ceroboh. Gue nyuci pakaian seragam kerja mami
tapi gak liat situasi dan kondisi. Gue nyuci sambil mengejakan pr
Gue nyuci sambil belajar,
Gue nyuci sambil melamun
Gue nyuci sambil facebokan
Gue nyuci sambil mention teman-teman
Aduh parah nian gue.
Meskipun pada akhirnya mami tiri akan maafin gue. Tapi gue gak
maafin diri gue. Tapi gue harus menyalahkan seseorang. Dahi gue
berkerut, tangan gue menekan dahi unuk memeras otak bocor alus gue.
Apakah menyalahkan guru yang ngasih pr seabrek itu arif dan bijaksana,
atau menyalahkan teman-teman itu adil.
Lah, tak lama gue lihat seekor ikan mas mengambang di aliran sungai
dan ia tersenyum narsis sama gue, huh dia kira gue senang akan
kedatangan dia, gua udah empet dengan gayanya. Emangnya sekarang zaman
siti markonah. Dia bilang akan ada pangeran yang akan menyelamatkan
hidup gue. Nah, bagaimana ada pangeran jatuh cinto sama gue, kalau gue
penderita jerawat akut dan juga kulit gue hitam, makanya orang-orang
menjuluki gue bawang hitam.
“bahi (bawang hitam) , elo perlo magic, gue bisa menawarkan , “ kata si alay ikan emas sambil berenang gaya katak di depan gue.
“gue gak perlu magic dari elu, ini bukan dongeng, dan gue harus
kerja keras untuk meraih mimpi gue, coba aja elo kerjakan pr gue,
sementara gue santai nonton sinetron , elu bantu gue dapat nilai
sembilan di ulangan matematika tanpa belajar , elu bisa ?”
Ikan emas terdiam lalu menggeleng. “Gak bisa, gue bisanya Cuma
ngasih elu perhiasan emas bohongan alias imitasi, kemarin nemu di dasar
sungai, tapi elu gak mau, ya sudah gue serahkan sama penggembala sapi
saja. “ikan emas meringis tersipu dengan mulut tak bergiginya. “Ya udah
deh, gue emang nngak bisa nolongin lo, tapi gue kan sahabat elu, gue
bisa bantu elu, gue tahu masalah elu, elu bisa nabung dan puasa gak
jajan buat menebus pakaian mami tiri elu yang ilang.”
“thats right !” akhrinya gue tersenyum. Meskipun ide itu sangat
sulit mengingat gue hobi jajan siomay dan empek-empek tapi bisa masuk
akal.
Ikan emas itu buru-buru pamit pergi menyelam ke dasar sungai ketika
sadar ada ikan aligator mengincarnya. Lalu gua beranjak dari tepi
sungai itu, ketika senja sudah merekah di pegunungan dan pohon kelapa
meniupkan angin nakal, gue harus pulang supaya gak masuk angin.
Gue mendongak waktu mendengar suara bawang putih. Yah bawang putih
adik tiri gue datang terpopoh. Dia baru saja mandi, dan wajahnya seger
dibalut sweater dan juga jeans yang fangky.
“kak, pulang yuk , sudah sore, masakan sudah siap,”
“aduh harusnya tuh mami gak usah masak, biar kakak yang masak, mami
sudah cukup kerja keras di pabrik,” gue mengangkut ember gue dan
pakaian yang tinggal dijemur itu, sementara itu tangan kiri gue menjepit
buku akuntasi dan bindo.
“gak apa-apa kak, lagian masakan kakak nggak pernah enak, oh ya
tadi katanya mami, kakak gak usah nyuci karena besok kakak harus hadapi
ulangan, dan banyak pr, dan cukup nyuci pakaian favorit mami
saja,karena dua hari lagi pakaian itu dipakai buat pertemuan pegawai
pabrik.
Glek. Rasanya lemes. Gua hanya mengangguk lalu pulang dengan
kepala menunduk. Dan berjalan bersama bawang putih menyusuri setapak
jalan berbatu yang becek dengan hati marsgul dan bimbang untuk bertemu
mami, meskipun perut sudah keroncongan sangat.
tag
CERITA PARODI,
dongeng parodi,
cerita parodi dongeng judul kisah bawang hitam